Tenun Ikat Sumba, Sebuah Mahakarya Wastra Nusantara

936
Kain Tenun Sumba
Membutuhkan proses yang panjang dengan tingkat kesulitan yang tinggi untuk membuatnya, kain tenun Sumba menjadi sebuah mahakarya wastra Indonesia. (Foto: indonesia.go.id)

1001indonesia.net – Tenun ikat Sumba sudah lama terkenal karena karena orisinalitas dan keindahannya. Dibuat melalui proses yang panjang dan tidak mudah, tenun ikat menjadi salah satu oleh-oleh pavorit yang dibawa pulang wisatawan dari Sumba.

Sejak dulu, masyarakat Sumba sudah memiliki kebiasaan atau tradisi menenun. Tradisi yang diwariskan secara turun-temurun ini masih bertahan hingga kini. Tenun Sumba bahkan menjadi daya tarik pariwisata sekaligus mengembangkan perekonomian masyarakat setempat.

Menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kebudayaan Sumba

Meski menjadi salah satu sumber mata pencaharian, bagi masyarakat Sumba, tradisi menenun memiliki arti yang lebih luas dan mendalam dari sekadar sebagai kegiatan seni dan ekonomi. Tenun ikat Sumba merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebudayaan setempat.

Bagi orang Sumba, menenun merupakan sebagai bagian dari ritual persembahan syukur kepada Tuhan. Terdapat beberapa motif kain yang bersifat sakral dan diperuntukkan bagi ritual keagamaan.

Seiring waktu, tenun Sumba tak hanya bersifat sakral, tapi juga berfungsi sebagai penanda status sosial. Pada 1900-an, masyarakat Sumba mengalami pergeseran nilai tenun yang ditandai pula dengan motif berbeda. Contohnya adalah kain tenun bermotif Patola Kamba dengan gambar bunga-bunga yang diadopsi dari Patola India.

Pada tahun 1970-an, dimulailah periode tenun untuk memenuhi kebutuhan pasar. Tenun tidak lagi dibuat untuk ritual sakral dan menggambarkan status sosial masyarakat Sumba, melainkan juga untuk memenuhi perekonomian masyarakat setempat.

Kain tenun untuk kebutuhan pasar ini lebih dikenal dengan sebutan kain kontemporer dan sifatnya lebih modern. Kain ini dibuat ketika para kolektor kain mulai berdatangan ke Sumba.

Pembuatannya membutuhkan proses yang panjang dengan tingkat kesulitan yang tinggi

Tidak mudah untuk membuat tenun ikat Sumba. Dulu, pembuatan kain dilakukan oleh satu orang. Namun, kini pembuatan dilakukan beberapa orang untuk memenuhi permintaan pasar.

Proses pembuatan kain tenun Sumba dilakukan secara tradisional dengan proses panjang dan tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Untuk menjadi sebuah tenun ikat, sedikitnya 42 langkah harus dilalui. Mulai dari proses memisahkan biji dari kapas, pemintalan, pewarnaan, hingga penenunan. Ini yang membuat tenun ikat ini harganya mahal.

Tenun ikat Sumba terbuat dari bahan-bahan alami. Bahan bakunya dari kapas. Adapun pewarnanya merupakan ramuan dari beragam jenis hewan dan tumbuhan, seperti kerang, kunyit, nila (wora), mengkudu, dan umbi-umbian. Seiring waktu, untuk mempercepat proses pembuatan, para perajin juga sudah ada yang memakai pewarna kui.

Proses pembuatannya membutuhkan waktu 8 bulan sampai tahunan untuk kain yang menggunakan pewarna alam. Untuk pewarna campuran (alam dan kimia) membutuhkan waktu 6 bulan. Sedangkan warna kimia membutuhkan waktu 3-4 bulan.

Lamanya proses pembuatan tenun karena ada tahapan ketika kain harus diangin-anginkan selama sebulan sebelum dicelup dalam minyak kemiri. Selain itu, kain juga perlu disimpan dalam keranjang tertutup untuk mematangkan warnanya.

Kain tenun ini dikerjakan oleh kaum perempuan Sumba. Pengerjaannya butuh ketelatenan dan kesabaran sehingga setiap lembar kain tak hanya indah, tetapi juga membawa karakter pembuatnya.

Baca juga: Tenun Sekomandi, Warisan Leluhur Masyarakat Mamuju Sulawesi Barat

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

eight − 7 =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.