1001indonesia.net – Akulturasi menjadi hal yang tak terpisahkan dalam proses perkembangan budaya di Indonesia. Alat musik tehyan, misalnya, merupakan hasil dari perpaduan antara budaya Betawi dengan budaya Tionghoa.
Alat musik tehyan dimainkan dengan cara digesek, seperti biola dan rebab. Alat musik tradisional ini terbuat dari kayu jati dengan tabung resonansi dari batok kelapa, dengan senar berjumlah dua buah.
Tehyan menghasilkan nada-nada tinggi, biasanya dimainkan dengan alat-alat musik lainnya dalam musik tanjidor dan gambang kromong. Alat musik ini biasa dimainkan untuk mengiringi lenong betawi dan ondel-ondel.
Baca juga: Gambang Kromong, Musik Tradisional Khas Betawi
Tehyan masuk ke Indonesia pada abad ke-18 ketika zaman kolonial Belanda. Alat musik ini dibawa oleh masyarakat Tionghoa yang menetap di Indonesia.
Alat musik gesek ini merupakan satu dari tiga jenis alat musik yang sama dengan nada dasar yang berbeda. Dua lainnya adalah sukong dan kong’ahyan.
Di antara ketiganya, sukong memiliki ukuran paling besar, memainkan nada dasar G atau bass. Sementara tehyan memiliki ukuran antara sukong dan kong’ahyan, memainkan nada dasar A atau rhythm. Adapun kong’ahyan berukuran paling kecil, memainkan nada dasar D atau melodi.
Di masa silam, tehyan banyak dimainkan untuk menghibur pada pesta pernikahan, acara perayaan, hingga pemakaman. Saat ini, tak banyak yang mengenal alat musik ini. Keberadaannya semakin langka.
Salah satu penyebabnya adalah lagu-lagu zaman sekarang yang tidak bisa diaransemen ulang menggunakan kong’ahyan, tehyan, dan sukong.