Teater Populer, Ikon Teater Modern Indonesia

3059
Slamet Rahadjo
Slamet Rahadjo Djarot, aktor kawakan dan penerus Teguh Karya sebagai pimpinan Teater Populer saat ini.

1001indonesia.net – Teater Populer didirikan oleh Teguh Karya pada 1968. Kelompok yang menjadi ikon teater modern Indonesia ini sudah memproduksi ratusan pertunjukan. Bermula dengan nama Teater Populer Hotel Indonesia dengan anggota 12 orang, sebagian merupakan mahasiswa Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI), sebagian lagi merupakan aktor independen. Pertunjukan pertamanya mengambil naskah pendek Antara Dua Perempuan karya Alice Gestenberg dan Kammerherre Alving (Hantu) karya Henrik Ibsen.

Teater Populer didirikan oleh Teguh Karya dengan sikap bahwa “teater adalah kesenian yang serius; teater adalah ilmu pengetahuan; teater adalah keahlian.” Untuk itu, teater “membutuhkan cita, lingkungan, dan sarana yang tepat.”  Studi Teguh Karya di Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI), Jakarta, mendukung keyakinannya bahwa teater adalah ilmu pengetahuan yang serius.

Teater Populer bermula saat Teguh menjadi kepala seksi Seni dan Budaya Hotel Indonesia (1961-1972) setelah kepulangannya dari studi di luar negeri. Di hotel inilah, Teguh Karya kemudian mendirikan kelompok teaternya, tepatnya pada 14 Oktober 1968.

Pendirian ini merupakan tindak lanjut dari instruksi Presiden Soekarno yang menginginkan agar panggung di Hotel Indonesia difungsikan sebagai “pintu gerbang” kebudayaan Indonesia. Sebabnya, Hotel Indonesia sebagai gerbang Indonesia diharapkan tidak hanya menawarkan tempat menginap, tapi juga aktif mengenalkan kebudayaan Indonesia. Sejak saat itu, kelompok teater asuhan Teguh Karya secara rutin manggung di Bali Room hotel tersebut.

Secara perlahan, Teater Populer menjadi benar-benar populer di Indonesia. Pertunjukannya yang sangat bermutu berhasil menarik penonton hingga 3.000 orang yang bersedia membayar iuran setiap bulan. Tak lama kemudian, kelompok ini pentas di luar hotel tersebut. Semangat dan kesungguhan Teguh Karya dengan Teater Populernya menjadikan kelompok teater ini seperti pusat pendidikan dalam bidang teater.

Teguh Karya yang dikenal juga sebagai seorang sutradara film yang andal merupakan jiwa kelompok ini. Ia belajar pada para pengamat idealisme dan rasionalisme Eropa. Realisme menjadi gaya utama teater populer. Teguh telah menyutradarai 22 lakon pertunjukan, termasuk karya-karya Ibsen, Moliere, Lorca, Pinter, Tennessee Williams, dan Bertold Brecht.

Sebelum meninggal, Teguh Karya mendirikan Yayasan Teater Populer. Saat ini, baik yayasan maupun sanggar Teater Populer yang terletak di Kebon Pala, Tanah Abang, Jakarta Pusat, dipimpin oleh Slamet Rahardjo Djarot.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

20 − 11 =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.