Tari Maku-maku, Mempererat Keakraban melalui Gerak Tari

1186
Tari Maku-maku
Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id

1001indonesia.net – Tari Maku-maku atau Mako-mako merupakan seni pertunjukan tradisional asal Maluku. Tarian ini diciptakan sebagai tari pergaulan. Tujuannya untuk mempererat keakraban masyarakat Maluku.

Tarian Maku-maku melambangkan persekutuan anak-anak Maluku. Konon tarian ini diciptakan oleh leluhur Maluku ketika tinggal di Nunusaku. Tempat itu diyakini sebagai asal orang Maluku sebelum berpencar ke Pulau Seram dan sekitarnya.

Di masa silam, tarian ini menjadi penutup acara-acara adat, seperti tanda syukur acara inisiasi masuk persekutuan Kakehan (sebuah ritual yang dilakukan terhadap anak lelaki suku Nuaulu yang beranjak dewasa), pembangunan Baileo (rumah raja), dan upacara pengangkatan raja negeri.

Gerakan tarian Maku-maku sederhana sehingga mudah bagi siapa saja untuk ikut menari. Lagipula siapa pun yang hadir bisa ikut berpartisipasi dalam tarian ini, baik perempuan maupun laki-laki. Tidak ada batasan dalam jumlah penari.

Semakin banyak penari yang bergabung maka semakin banyak variasi lapisan lingkaran dalam tarian ini. Tarian pun akan menjadi semarak dengan kehadiran partisipan yang menari bersama.

Pada tarian ini, terdapat pembacaan kapata, yaitu syair yang dinyanyikan dalam bahasa daerah setempat yang isinya menceritakan suatu peristiwa yang bersifat informatif. 

Kapata biasanya dilantunkan pada acara-acara tertentu seperti pada waktu upacara adat, penyambutan tamu, pelantikan raja, memulai suatu pekerjaan dan lain-lain.

Personel Tari Maku-maku terdiri atas kapitan, mamiri, penari Maku dan penabuh tifa, peniup tahuri, serta pelantun kapata.

Baca juga: Tari Tifa Papua dan Maluku, Ekspresi Manusia dalam Musik dan Gerak

Kapitan bertugas mengarahkan, menyemangati, serta memberi komando terhadap penari dengan teriakan-teriakannya yang khas. Kapitan berada di depan dalam formasi barisan penari. Seiring dengan berjalannya tarian, kapitan akan berlari mengelilingi penari sambil berteriak-teriak memberi komando.

Mamiri bertugas membimbing para penari. Dalam formasi tarian, mamiri berjalan di samping penari untuk mengiringi penari dengan gerakan tangan yang melambai-lambai.

Penabuh tifa terbagi dua berdasarkan jenis tifa yang ditabuh, yakni tifa kecil yang disebut Ihaanairo dan tifa besar yang disebut Ihahinandalo. Sama seperti penarin, tidak ada batasan pada jumlah personel penabuh tifa.

Salah satu penabuh tifa sering kali juga bertugas meniup tahuri pada awal dan akhir tarian sebagai penanda dimulai dan berakhirnya Tari Maku-maku.

Pelantun kapata terkadang juga adalah orang yang menabuh tifa. Formasi mereka dalam tarian ini adalah di depan barisan. Namun, apabila barisan telah bertambah banyak, mereka akan duduk di tengah-tengah lingkaran.

Tari Maku-maku ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia dari Provinsi Maluku pada 16 Desember 2013.

Baca juga: Lego-lego, Membangun Kebersamaan melalui Syair dan Tari

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

5 − two =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.