Tais Pet, Kain Tenun Khas Kepulauan Tanimbar Maluku

1693
Tais Pet
Tais Pet merupakan satu dari 33 kain tenun NUsantara yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia. (Foto: Orami)

1001indonesia.net – Tais Pet adalah kerajinan tradisional kain tenun berkembang di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku. Kain tenun ini merupakan salah satu kekayaan wastra asli Indonesia yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 2013.

Keberadaan tais pet di Tanimbar merupakan bagian dari penyebaran budaya kain tenun di kepulauan Nusantara. Proses penyebaran itu berawal dari mobilitas para pedagang di Jalur Sutera, yaitu jalur ekspedisi perdagangan kain sutera para pedagang Tiongkok dengan bangsa-bangsa mancanegara.

Tenun sutera dari Tiongkok pada masa Dinasti Han sangat terkenal dan menyebar hingga Asia Tengah (Turkistan), Korea, Mansyuria Selatan, Anam, dan Sinkiang (daerah utara Tibet). Jalur perdagangan Tiongkok menjangkau sampai wilayah yang sangat jauh, membentang ke arah barat melewati batas Asia hingga ke wilayah Roma.

Dinasti Tang lalu melanjutkan aktivitas perdagangan ini dengan jangkauan yang lebih luas lagi, termasuk ke kerajaan-kerajaan di Kepulauan Nusantara pada sekitar tahun 618–906. Relasi dengan Nusantara ini ditandai dengan kunjungan para musafir dari Tiongkok, misalnya I Tsing yang datang ke Sriwijaya. Selain itu, Laksamana Cheng Ho dan Ma Huan berkunjung ke Majapahit.

Bermula dari Kerajaan Majapahit itulah kain tenun mulai dipelajari oleh penduduk Nusantara. Mengingat jalur perdagangan laut sudah sangat aktif di Nusantara kala itu, kain tenun sutera sekaligus pengetahuannya cepat menyebar ke wilayah-wilayah lain di Nusantara, termasuk ke Kepulauan Tanimbar.

Baca juga: Kain Tenun, Kekhasan Tradisi Nusantara

Sampai saat ini, kerajinan tenun Tanimbar masih bertahan. Salah satu penyebabnya adalah masih hidupnya kebiasaan menenun di sana. Para perempuan di Tanimbar diwajibkan bisa menenun sebelum memasuki jenjang pernikahan.

Sepintas motif pada Tais Pet tampak sederhana. Namun, di balik motif yang tampak sederhana itu terkandung makna yang mendalam. Motif-motif kain tenun ini mengambil inspirasi dari alam sekitar. Dan layaknya alam, dalam kesederhanaannya, tenun tanimbar menampilkan keindahannya.

Kain tenun Tanimbar ini umumnya memiliki motif dan warna yang beragam. Meski sebagian besar didominasi garis-garis dan diselingi dengan corak tertentu yang diadaptasi dari fenomena alam, flora, fauna, dan manusia. Para leluhur mencoba melihat keindahan dari alam sekitar. Sekecil apa pun bentuknya tak luput dari perhatian, termasuk jentik nyamuk, ulat, hingga hati jagung.

Beberapa motif tais pet di antaranya motif sair, tunis, matantur, dan wulan lihir. Motif sair berwujud bendera merefleksikan kemenangan serta semangat warga Tanimbar dalam menempuh kehidupan.

Sementara motif tunis dengan karakteristik khas berupa anak panah tunggal serta kembar memiliki maksud agar warga Tanimbar senantiasa berjaga-jaga dari ancaman.

Adapun motif matantur dengan karakteristik khasnya bercorak biru, menggambarkan kemampuan sumber laut Tanimbar yang luas serta indah dengan segala potensi dan sumber dayanya.

Sedangkan motif wulan lihir mendapat inspirasi dari fenomana alam bulan sabit. Ini menggambarkan aktivitas warga di Kepulauan Tanimbar sebagai nelayan yang menggunakan pergerakan benda-benda sebagai pedoman dalam kegiatan melaut.

Baca juga: Ulos, Kain Tenun Tradisional Batak yang Sarat Makna

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

4 × five =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.