1001indoneia.net – Posisi sirih dalam budaya Jawa sama seperti pada masyarakat Asia Tenggara lainnya, yaitu sebagai “makanan”, obat, dan perlengkapan upacara adat. Sirih pernah menjadi “makanan” yang paling populer sehingga seorang pendatang asing menyebut masyarakat di Asia Tenggara memakan sirih-pinang dengan tiada hentinya sehingga bisa dikatakan selalu memamah biak.
Sampai saat ini, sirih masih memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat Jawa. Kebiasaan menyirih atau mengunyah sirih-pinang masih bisa kita temui, terutama di desa-desa. Sirih juga menjadi salah satu bahan utama ramuan jamu dan uborampe wajib dalam berbagai upacara adat Jawa.
Makanan
Di masa lalu, sirih merupakan “makanan” yang sangat populer. Tradisi mengunyah sirih dilakukan oleh siapa saja, baik rakyat jelata maupun bangsawan, baik tua maupun muda, baik laki-laki maupun perempuan.
Konon sirih-pinang hampir selalu dibawa ketika orang bepergian. Raja dan kaum bangsawan selalu mempunyai pengangkut sirih dalam rombongannya.
Begitu populernya hingga sirih menjadi makanan untuk beramah tamah. Fungsinya seperti teh, kopi, dan rokok pasa zaman sekarang. Ketika bertemu orang lain atau saat tamu berkunjung maka sirihlah yang pertama disorongkan lalu mereka menyirih bersama-sama.
Anthony Reid (2014) mengutip laporan yang ditulis Ma Huan tentang orang Jawa yang menyebutkan, “Lelaki dan perempuan mengambil buah pinang dan daun sirih, dan mencampurnya dengan kapur, yang diperoleh dari kulit kerang; mulut mereka tak pernah lepas dari kunyahan ini. … Apabila mereka menerima tamu yang sedang lewat, mereka menjamunya bukan dengan teh, melainkan buah pinang.”
Obat
Seperti yang umum diketahui, masyarakat Jawa memiliki segudang ramuan obat yang disebut jamu. Khasiat beragam ramuan ini terbukti ampuh menguatkan tubuh serta mencegah dan menyembuhkan peminumnya dari beragam penyakit.
Dari semua ramuan jamu yang dimiliki orang Jawa, sirih menempati posisi yang sangat penting sebagai bahan ramuan obat. Khasiat yang dikandung daun sirih ini pulalah yang menjadi salah satu alasan mengapa orang Jawa memiliki kebiasaan menyirih.
Baca juga: Empon-empon dan Jamu, Ramuan Tradisional Khas Indonesia
Mengunyah sirih dipercaya dapat mencegah kerusakan gigi dan disentri. Selain itu, daun sirih dapat digunakan untuk mengobati mimisan, sakit mata, sariawan, bau mulut, luka luar, dan beragam penyakit lainnya. Daun sirih juga memiliki manfaat untuk merawat kecantikan dan organ kewanitaan.
Selain itu, seperti yang dilansir situs halodoc.com, biji pinang yang digunakan sebagai bahan menyirih memiliki kandungan psikoaktif yang mirip dengan alkohol, kafein, dan nikotin. Ketika kita menyirih, tubuh membuat hormon adrenalin. Ini membuat kita merasa lebih segar, berenergi, dan waspada.
Tak heran jika di masa lalu, orang yang bepergian lebih memilih membawa sebakul bahan-bahan sirih ketimbang makanan (Reid, 2014). Menurut mereka, sirih dapat menolong untuk menanggung rasa lapar dan haus sehingga dapat menggantikan fungsi makanan. Sirih juga digunakan para prajurit guna mengembalikan kekuatan dan keberanian mereka.
Upacara adat
Selain sebagai “makanan”, orang Jawa juga menggunakan sirih dalam upacara adat dan tradisi. Sirih memegang peranan yang sangat penting dalam upacara nontoni atau upacara perkenalan dan upacara pernikahan. Pada saat upacara nontoni, seorang gadis menyerahkan sirih kepada sang pemuda sebagai simbol ia siap disunting.
Dalam upacara pernikahan, daun sirih merupakan salah satu bawaan wajib dalam ritual seserahan. Sirih memegang peranan utama saat berlangsung ritual panggih. atau bertemunya kedua mempelai.
Saat upacara panggih, kedua mempelai melakukan balangan atau saling melempar lintingan sirih (sirih gantal). Makna ritual ini adalah bahwa kedua mempelai sudah tidak lagi berstatus lajang, tapi sudah ada yang memiliki atau terikat satu sama lain sebagai suami-istri.
Sirih gantal terdiri atas daun sirih, gambir, pinang, kapur, dan cengkih. Semuanya digulung dan diikat dengan benang. Gulungan gantal ini juga bisa disebut sebagai kinang sebagai ramuan dalam makan sirih.
Baca juga: Tumpeng, Perlengkapan Upacara Jawa yang Sarat Makna