1001indonesia.net – Pesta sekura cakak buah merupakan tradisi panjat pinang dari masyarakat Lampung Barat. Tak seperti panjat pinang pada umumnya, pesertanya menggunakan beragam topeng.
Pesta Sekura dan Cakak Buah yang sudah digelar sejak dulu ini menjadi ajang silaturahmi masyarakat. Perayaan ini juga merupakan wujud kegembiraan warga setelah menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan.
Tradisi ini digelar di beberapa wilayah, mulai dari 1 Syawal sampai 6 atau 7 Syawal. Pelaksanaannya dilakukan secara bergantian dari satu wilayah ke wilayah yang lain, berdasarkan hasil kesepakatan para tokoh adat dan masyarakat.
Baca juga: Tradisi Badha Kupat di Kudus Memang Beda
Kata sekura berasal dari kata sakukha yang berarti penutup wajah (topeng), sedangkan cakak buah berarti adalah panjat buah atau panjat batang pinang yang sudah diberi “buah”, yaitu hadiah yang terdiri dari berbagai jenis barang.
Sekura terdiri dari dua macam, yaitu sekura kamak dan sekura betik. Sekura kamak biasanya berpenampilan kotor, unik, aneh, dan cenderung konyol. Kostum yang dikenakan biasanya terbuat dari barang barang bekas dan alami, seperti karung bekas, sabut kelapa, tumbuhan, dan sebagainya.
Sebisa mungkin penampilan sekura kamak unik, aneh, dan lucu. Ada yang seperti ibu-ibu hamil, badut, bahkan seperti gadis. Sekura kamak biasanya akan keliling kampung dengan memanggul batang pohon pisang dan jenis pohon pohon lainnya sambil berteriak senang. Dan, hanya sekura kamak yang berhak memanjat pinang.
Sedangkan sekura betik berpenampilan rapi dan bersih. Sekura betik menggunakan kacamata hitam. Kostum yang dikenakan terdiri dari kain panjang dan biasanya kepalanya ditutupi dengan kain selendang atau kain tapis khas lampung serta memegang sebuah pedang.
Sekura betik lebih berperan untuk menghibur penonton dengan ekspresi dan gerakan seperti menari. Mereka juga tidak diperbolehkan untuk memanjat pinang.
Tidak diketahui secara pasti awal mula keberadaan pesta topeng dan panjat pinang di Lampung Barat ini dimulai. Yang pasti tradisi ini sudah turun-temurun dilakukan sejak dulu. Konon, awalnya pesta Sekura merupakan pemujaan terhadap roh nenek moyan dan dewa-dewa.
Saat ini, tradisi Sekura Cakak Buah menjadi ungkapan kegembiraan masyarakat Lambar setelah perang melawan hawa nafsu selama bulan puasa. Selain itu, pesta rakyat ini juga menjadi sarana untuk bersilaturahmi, mempererat hubungan antarwarga.
Baca juga: Festival Erau, Pesta Rakyat Kebanggaan Masyarakat Kutai Kartanegara