1001indonesia.net – Santi merupakan salah satu senjata khas Minahasa. Senjata berupa parang atau pedang ini digunakan oleh oleh para pelindung negeri (waraney) di masa lampau.
Dalam bahasa Tombulu, santi berarti pemisah. Selain digunakan untuk berperang, santi juga digunakan sebagai alat berburu dan bertani. Konon, pedang khas Minahasa ini pertama kali dibuat sekitar lima ribu tahun lalu oleh Opo Marentek.
Bentuk santi mirip dengan senjata-senjata tradisional berbentuk pedang lainnya, seperti kampilan dari Mindanau, mandau dari suku Dayak, parang nenek moyang dari Toraja, serta senjata dari daerah Timor dan Maluku.
Baca juga: Mandau, Senjata Tradisional Suku Dayak
Seperti yang dilansir Nyiurtimes.net, santi ada bermacam-macam dengan kegunaannya masing-masing. Tiga di antaranya adalah taradu, lolambot, dan kowit.
Taradu dipakai di upacara mangayou atau sumayou (mengambil kepala).
Sementara lolambot (pedang panjang) khusus digunakan untuk pertarungan terbuka. Biasanya dipakai para Waraney untuk berperang.
Lolambot dibuat lebih panjang dan lebih tipis dari tarandu agar memudahkan prajurit untuk menggunakannya. Perisai di atas gagang pedang ini sengaja dibuat melintang fungsinya agar dapat menjepit senjata musuh ketika terdesak.
Adapun kowit (pedang jepit dibawa oleh para walian atau pembesar Minahasa membawa senjata ini hanya untuk keperluan jaga-jaga. Saat melakukan perjalanan jauh atau pertemuan besar, biasanya senjata ini dijepitkan di antara lengan dan badan.
Tapi ada juga yang menaruh kowit di woka (janur yang telah mengering). Fungsi kowit memang khusus untuk berjaga-jaga terhadap orang dan binatang jahat.