Polopalo, Alat Musik Tradisional dari Provinsi Gorontalo

1700
Alat Musik Polopalo
Alat musik tradisional polopalo dari Gorontalo. (Foto: pariwisataindonesia.id)

1001indonesia.net – Polopalo adalah alat musik tradisional yang berasal dari Provinsi Gorontalo. Berdasarkan sumber bunyinya, alat musik ini termasuk alat musik jenis idiofon. Bunyinya keluar akibat getaran pada badan alat musik ini sendiri ketika dipukul.

Nama polopalo berasal dari kata polo-polopalo yang artinya bergetar nyaring. Alat musik yang terbuat terbuat dari bambu air ini memiliki berbagai macam ukuran, dari yang kecil, sedang, hingga yang besar. Semakin kecil ukurannya, semakin nyaring suara yang dihasilkan.

Cara memainkannya cukup dipukul-pukulkan di atas lutut hingga menghasilkan bunyi. Alat musik tradisional dari Gorontalo ini lebih bagus dimainkan saat malam hari atau ketika suasana hening karena dalam memainkannya memerlukan ketenangan.

Mulanya polopalo dimainkan oleh para petani ketika sedang menanam padi di sawah. Alat musik ini juga dibunyikan sebagai tanda waktu berbuka puasa maupun ketika sahur di bulan suci Ramadhan.

Pada era tahun 1960-an hingga tahun 1990-an, alat musik yang terbuat dari bambu ini biasanya dimainkan pada waktu-waktu tertentu, seperti saat panen raya atau saat bulan t’rang (bulan purnama). Tanpa menunggu perintah atau komando, masyarakat Gorontalo memainkannya sebagai ungkapan rasa syukur.

Biasanya, alat musik ini dimainkan saat malam, sekitar pukul 10 hingga 1 dini hari.

Pengembangan

Sejak tahun 1975, alat musik tradisional ini mulai dikembangkan oleh warga masyarakat Gorontalo yang tergabung dalam Kelompok Heluma Huyula di Jakarta. `Alat musik yang terbuat dari bambu ini dibentuk seperti garputala raksasa. Teknik memainkannya dengan cara memukulkan ke lutut.

Polopalo kemudian mendapatkan penyempurnaan pada beberapa hal. Salah satunya adalah dibuatnya sebuah pemukul kayu yang dilapisi karet untuk mempermudah memainkan alat musik ini. Dengan adanya pemukul yang dilapisi karet, pemain tidak perlu menderita rasa sakit di lutut saat memainkan polopalo. Selain itu, suara polopalo ini pun menjadi lebih nyaring.

Pengembangan selanjutnya adalah dibuatnya polopalo dalam berbagai bentuk dan nada yang berbeda. Dengan adanya nada yang berbeda-beda, polopalo dapat dimainkan beberapa orang menghasilkan nada-nada yang dapat dikompilasikan menjadi suatu karya musik baru.

Baca juga: Tari Tifa Papua dan Maluku, Ekspresi Manusia dalam Musik dan Gerak

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

fifteen − nine =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.