Penglipuran, Keelokan Desa Adat di Bangli

1849
Desa Penglipuran
Desa Adat Penglipuran di Bangli, Bali. (Foto: tripbaligo.com)

1001indonesia.net – Desa Penglipuran merupakan salah satu desa adat di Bangli yang telah berkembang menjadi desa wisata. Desa adat yang terkenal dengan kebersihannya ini sangat ramai dikunjungi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.

Nama desa ini berasal dari kata pengeling dan pura yang bermakna mengenang tempat suci para leluhur. Semua bangunan rumah di desa ini tampak mirip satu sama lain, bahkan ukurannya pun sama.

Kemiripan dari tiap-tiap rumah terlihat pada pintu gerbang, atap, dan dinding rumah yang menggunakan bambu. Selain itu, setiap rumah memiliki pintu gerbang yang lebarnya hanya muat untuk satu orang dewasa. Masyarakat Bali menyebut pintu jenis ini angkul-angkul.

Tidak hanya bentuk rumah yang sama, tata ruang rumah juga sama, seperti kamar tidur dan dapur. Uniknya, cat tembok pintu gerbang menggunakan cat berbahan dasar dari tanah liat.

Masyarakat desa ini awalnya berasal dari Desa Bayung Gede, Kintamani, yang bermigrasi permanen karena suatu hal ke Desa Kubu Bayung, yang kini menjadi Desa Penglipuran.

Pada mulanya, masyarakat setempat hanya ingin mempertahankan kebudayaan nenek moyang. Namun, pada sekitar 1990, terjadi perubahan yang diawali oleh kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) yang dilakukan mahasiswa Udayana. Kegiatan para mahasiswa itu meninggalkan jejak berupa pembangunan taman-taman kecil dan penataan lingkungan.

Pada 1991/1992, ada beberapa wisatawan yang mengunjungi desa ini. Sesepuh dan para pemuda bersama perwakilan dari pemerintah daerah dan kota kemudian bermusyawarah untuk mengembangkan potensi pariwisata yang ada di desa ini.

Akhirnya, desa adat ini ditetapkan sebagai Desa Wisata Penglipuran dengan Surat Keputusan (SK) Bupati No. 115 tanggal 29 April 1993.

Desa adat yang terletak di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Bali, ini terkenal akan kebersihannya. Pada 2016, Penglipuran terpilih sebagai desa terbersih ke-3 dunia versi majalah internasional Boombastic.

Baca juga: Pulau Bali, Surga Dunia Terakhir dengan Masyarakat yang Multikultur

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

17 − three =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.