Museum Tani Jawa Tawarkan Pengalaman Bertani

1693
Museum Tani Jawa
Foto: gudeg.net

1001indonesia.net – Museum bisa menjadi salah satu sarana pendidikan yang efektif. Di Museum Tani Jawa misalnya, pengunjung bisa belajar tentang pertanian tradisional masyarakat Jawa.

Di museum itu, selain menyaksikan koleksi alat-alat pertanian tradisional, pengunjung juga bisa merasakan langsung aktivitas bertani sehingga tahu bagaimana kerasnya usaha yang dilakukan para petani untuk menghasilkan padi.

Museum Tani Jawa terletak di Padukuhan Candran, Desa Kebonagung, Kecamatan Imogiri, Daerah Istimewa Yogyakarta. Museum itu menyimpan berbagai macam alat pertanian Jawa tradisional, seperti luku, garu, arit, cangkul, nggeprak, gejik, dan ani-ani.

Baca juga: Mengenal Beberapa Alat Pertanian Tradisional Jawa

Museum juga menyimpan bata merah yang berukuran besar. Koleksi itu sebagai pengingat bahwa dulu Desa Candran adalah kampung tempat pembuatan bata merah bagi bangunan makam Sultan Agung di Imogiri.

Selain itu, dipamerkan pula koleksi alat rumah tangga masyarakat Jawa tradisional, seperti keren, kendil, pipisan, pengaron, kukusan, dan kendhi. Seluruh koleksi berasal dari hibah masyarakat sekitar, sesama pengelola museum, dan beberapa praktisi bidang pertanian.

Museum Tani Jawa didirikan pada 2005 oleh Kristya Bintara dan kawan-kawan. Mereka mengumpulkan berbagai koleksi pertanian di rumah Joglo milik Subandi, warga Dukuh Kanten. Namun, bangunan tersebut hancur akibat bencana gempa yang terjadi tahun 2006. Setahun kemudian, museum dibangun kembali dan dipindah ke lokasi milik Purwo Wiyono (Ki Condro), sesepuh di Candran.

Kristya kemudian menyarankan untuk membangun sebuah desa wisata dengan Museum Tani Jawa sebagai pendukung. Ia prihatin dengan keadaan warga Dusun Candran yang sebagian besar berprofesi sebagai petani. Situasi masyarakat saat itu sulit, hasil panen tak menentu dan kadang mereka dirugikan permainan harga yang dimainkan oleh para tengkulak.

Desa wisata itu membuat aktivitas bertani menjadi agenda tur bagi wisatawan, baik wisatawan lokal maupun mancanegara. Selain aktivitas bertani, desa wisata itu juga menawarkan berbagai tradisi dan kesenian khas masyarakat agraris. Sampai saat ini, Desa Kebonagung masih mempertahankan beberapa tradisi masyarakat agraris, di antaranya kenduri, nyadran, dan wiwitan.

Keberadaan Museum Tani Jawa dan Desa Wisata Candran saling melengkapi. Desa wisata itu tidak hanya berfungsi sebagai tempat wisata, melainkan juga sebagai wadah untuk berbagi ilmu antara masyarakat desa, pengelola, dan pengunjung.

Kesempatan untuk merasakan pengalaman bertani secara nyata ini menjadi daya tarik tempat itu. Tak sedikit turis mancanegara yang datang untuk merasakan sendiri perjuangan seorang petani di pedesaan bekerja dengan alat-alat tradisionalnya.

Di Candran, para turis belajar menanam padi, membajak sawah, dan memanen. Mereka juga diajak untuk memasak dan menikmati hidangan kuliner khas pedesaan. Tentu ini akan menjadi pengalaman yang sangat menarik, terutama bagi masyarakat kota yang tidak pernah melihat langsung bagaimana bahan-bahan hortikultura diproduksi, apalagi dengan cara-cara yang masih tradisional.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

five × 3 =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.