1001indonesia.net – Salah satu tempat yang menjadi daya tarik pariwisata di Kota Jakarta adalah Museum Fatahillah. Museum dua lantai dengan arsitektur bergaya Belanda ini tak pernah sepi dari pengunjung.
Gedung Museum Fatahillah awalnya merupakan Balai Kota Batavia (Stadhuis van Batavia). Pembangunan balai kota telah dimulai pada 1620 atau pada era Gubernur Jendral Jan Pieterszoon Coen. Awalnya gedung tersebut berada di tepi timur Kali Besar. Namun, gedung tersebut tidak bertahan lama karena dibongkar demi menghadapi serangan dari pasukan Sultan Agung.
Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen kemudian membangun kembali balai kota pada 1627 di daerah Nieuwe Markt atau di tempat yang sekarang menjadi Taman Fatahillah. Gedung balai kota kedua ini awalnya hanya bertingkat satu. Pembangunan tingkat kedua dilakukan kemudian. Pada 1648, kondisi balai kota itu sangat buruk. Gedung tersebut anjlok karena beratnya bangunan dan tanah di kota Batavia yang sangat labil.
Akhirnya, atas perintah Gubernur-Jenderal Joan van Hoorn, bangunan tersebut dibongkar dan dibangun ulang dengan menggunakan pondasi yang sama pada 1707. Gedung Balai Kota yang ketiga tersebut diresmikan oleh Gubernur-Jenderal Abraham van Riebeeck pada 10 Juli 1710. Proses pembangunan gedung ini sendiri baru selesai secara keseluruhan dua tahun kemudian.
Saat ini, Museum Fatahillah memiliki koleksi sekitar 20 ribu benda bersejarah yang dipamerkan secara bergantian. Hal ini dilakukan karena memang pembangunan gedung ini tidak dimaksudkan sebagai ruang pamer.
Bentuk bangunannya mirip dengan Istana Dam di Amsterdam. Bangunan utamanya memiliki dua sayap di bagian timur dan barat. Juga terdapat bangunan yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan di lantai dua, dan penjara bawah tanah.
Penjara bawah tanah berukuran 6 x 9 meter, terletak di belakang gedung museum. Tempatnya gelap dan sumpek. Langit-langitnya rendah sehingga ketika memasukinya, kita harus membungkuk.
Di dalam penjara, terdapat bola-bola besi. Dulunya, bola-bola besi itu digunakan sebagai pemberat kaki agar tahanan tidak melarikan diri.
Setelah dilakukan penataan, museum yang diresmikan Gubernur Ali Sadikin pada 30 Maret 1974 tersebut terasa lebih segar. Sebab itu, bangunan bersejarah tersebut ramai dikunjungi. Pada masa liburan, pengunjungnya bisa mencapai 15.000 orang per hari.
Museum ini sebenarnya memiliki nama Museum Sejarah Jakarta, tapi lebih terkenal dengan nama Museum Fatahillah. Nama Fatahillah didapat dari nama jalan tempat museum ini berada. Juga taman yang berada tepat di depan museum ini bernama Taman Fatahillah.
Baca juga: Museum Tani Jawa Tawarkan Pengalaman Bertani