Mumifikasi, Cara Suku Asmat Menghormati Jasad Kepala Adatnya

4368
Mumifikasi di Papua
Sumber: Getty Image/AFP/A. Berry

1001indonesia.net – Proses mengawetkan jasad melalui proses mumifikasi tak hanya ada di Mesir, tetapi juga terjadi di Indonesia, tepatnya di Wamena, Papua.

Proses mumifikasi merupakan cara masyarakat suku Dani yang menempati Lembah Baliem, Wamena, untuk menghormati jasad kepala adat mereka. Proses pembalseman dilakukan dengan mengolesi jasad menggunakan ramuan alami. Jasad kemudian diletakkan di atas perapian hingga menghitam. Umumnya, jasad ini diposisikan duduk.

Jasad yang telah diawetkan tersebut kemudian disimpan di dalam Honai, rumah tradisional suku Dani. Jasad tersebut akan dikeluarkan ketika ada acara penting atau saat ada tamu yang berkunjung.

Mumifikasi Suku Asmat Papua
Sumber: Istimewa

Mumifikasi ini tidak dilakukan pada semua anggota suku, tapi hanya untuk orang-orang yang memiliki kedudukan penting, seperti kepala suku dan panglima perang, atau bisa juga untuk orang yang dianggap berjasa.

Prosesi ini juga dibarengi dengan pemotongan ruas jari tangan dari anggota keluarga yang ditinggalkan, diiringi dengan nyanyian dalam bahasa setempat. Saat ini, ada beberapa mumi yang bisa kita saksikan di Papua, di antaranya:

  1. Mumi Werupak Elosak

Saat masih hidup, Werupak Elosak dikenal sebagai kepala suku yang bijaksana dan sangat ramah. Dia dicintai rakyatnya sehingga penduduk enggan untuk membakar jasadnya. Jasad Werupak Elosak kemudian diawetkan sebagai mumi agar dapat dikenang oleh keturunannya. Mumi yang berada di Desa Aikima, Wamena, ini telah berumur 250 tahun.

2. Mumi Wim Motok Mabel

Semasa hidupnya, Wim Motok Mabel merupakan seorang panglima perang Suku Dani. Ia dikenal sebagai sosok yang pemberani, pemimpin yang gagah dan disegani. Usia mumi yang terletak di Distrik Kerulu, kawasan Lembah Baliem, ini sekitar 284 tahun. Usia itu dihitung dari jumlah tali di lehernya yang ditambah setiap tahun.

Menjelang kematian, Mabel berpesan agar jasadnya diawetkan sehingga keturunannya dapat mengenangnya. Seiring berjalannya waktu, mumi Wim Motok Mabel bukan hanya menjadi pengingat masa lalu, melainkan juga penarik minat wisatawan untuk datang menyaksikannya.

3. Mumi Agat Mamete Mabel

Mumi yang usianya lebih dari 200 tahun ini disakralkan oleh warga Desa Pumo, Distrik Wogi Silakarno Doga, Wamena, Papua. Kini, mumi ini dirawat oleh Eli Mabel, keturunan ke-13 yang menjaga mumi tersebut.

Baca juga: Potong Jari, Tradisi Berbela Sungkawa di Papua

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

sixteen − five =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.