1001indonesia.net – Masyarakat Mamasa di Sulawesi Barat memiliki tradisi untuk menolak bala bencana, yang disebut Messalu Lembang. Saat ini, ritual peninggalan leluhur Mamasa ini sudah jarang sekali dilakukan hingga gempa bumi meluluhlantakkan Mamasa pada November 2018 lalu.
Seperti yang dilansir Kompas.com, para tokoh adat dan agama Mamasa menggelar ritual Messalu di salah satu monumen bersejarah Mamasa, To’pao. Lokasi sakral dan bersejarah itu terletak persis di Taman Kota Mamasa.
Ritual dilaksanakan untuk meminta pertolongan kepada penguasa alam semesta. Cara ini sudah dilakukan para leluhur secara turun-temurun untuk menolak segala bala bencana, termasuk gempa bumi.
Setelah sekian lama tak dilaksanakan, ritual Messalu kembali digelar karena desakan masyarakat. Para tokoh adat diminta menggelar Messalu agar masyarakat Mamasa dijauhkan dari segala mara bahaya, termasuk bencana gempa bumi yang pada bulan November 2018 itu terus mengguncang Mamasa.
Ritual Messalu Lembang sendiri merupakan sebuah perwujudan pengakuan dan permohonan maaf atas segala salah dan dosa yang pernah diperbuat oleh anak cucu masyarakat Mamasa. Sebagai tanda pengakuan atas kesalahan dan dosa, masyarakat mempersembahkan sejumlah hewan, seperti babi dan kerbau, dalam ritual ini.
Di masa silam, para leluhur masyarakat Mamasa rutin menggelar ritual ini setiap tahun secara turun-temurun, terutama jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dalam wilayah Mamas, seperti bencana alam.
Dalam kepercayaan masyarakat Mamasa, semua bencana yang menimpa manusia tidak lepas dari sepang terjang manusia dalam memperlakukan alam tempat mereka berpijak.
Baca juga: Tradisi Mekotek, Upacara Memohon Keselamatan Desa Adat Munggu