Mengenal Gerabah Kasongan Yogyakarta yang Mendunia

3650
Gerabah Kasongan
Foto: ayokulik.com

1001indonesia.net – Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki sentra kerajinan gerabah yang dikenal luas bernama Kasongan. Tak hanya terkenal di Indonesia, gerabah kasongan telah menembus pasar Eropa dan Amerika. Saking melekatnya dengan kerajinan dari tanah liat itu, Kasongan kerap disebut sebagai desa sejuta gerabah.

Kasongan atau Desa Wisata Kasongan terletak di Kelurahan Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Letaknya sekitar 6 km dari Alun-Alun Utara Yogyakarta ke arah selatan.

Pada awalnya, kerajinan gerabah kasongan berkembang di Pedukuhan Kajen, Desa Bangunjiwo. Namun lama-kelamaan produksi gerabah juga menyebar ke pedukuhan-pedukuhan lainnya, seperti Kalipucang, Tirto, dan Gedongan.

Berawal dari matinya seekor kuda

Saat menuju ke sentra kerajinan gerabah di Kasongan, kita akan melintasi gapura besar. Gapura itu diapit dua buah patung kuda.

Patung kuda itu punya kaitan erat dengan sejarah Kasongan. Konon, munculnya perajin gerabah di desa ini bermula dari kematian seekor kuda di tengah sawah pada masa kolonial.

Karena kuda yang mati tersebut milik orang Belanda, warga desa menjadi ketakutan. Sebab itu, pemilik tanah kemudian melepaskan tanahnya agar tidak dicari-cari oleh sang pemilik kuda. Tak lama berselang, hal serupa juga dilakukan oleh warga lain.

Warga yang kehilangan tanahnya kemudian memutar otak agar tetap memiliki mata pencaharian. Mereka mulai mengumpulkan tanah liat yang digunakan untuk membuat alat-alat dapur hingga mainan anak-anak.

Sentra kerajinan gerabah

Sapto Hudoyo seniman asal Yogyakarta, disebut-sebut sebagai orang yang membantu warga desa mengembangkan kerajinan di Kasongan pada 1970-an. Ia membina warga agar bisa membuat kerajinan yang lebih unik dan menarik sehingga bisa menambah nilai jual.

Hasil kerajinan dari gerabah yang diproduksi Kasongan umumnya berupa guci dengan berbagai motif (burung merak, naga, bunga mawar dan banyak lainnya), pot berbagai ukuran (dari yang kecil hingga seukuran bahu orang dewasa), cendera mata, pigura, hiasan dinding, dan berbagai macam perabotan.

Seiring waktu, produk gerabah yang dihasilkannya menjadi lebih bervariasi, meliputi bunga tiruan dari daun pisang, perabotan dari bambu, topeng-topengan dan masih banyak yang lainnya.

Produk gerabah Kasongan di Bantul terus berkembang hingga kini dan mampu menghasilkan produk-produk yang berkualitas. Karena keunggulan kualitasnya itu, gerabah kasongan mampu menembus pasar ekspor hingga ke Eropa dan Amerika.

Berkembang menjadi desa wisata

Kini Kasongan tak hanya memproduksi gerabah, tetapi sudah menjadi tujuan wisata. Di Desa Wisata Kasongan, tak sekadar produk kerajinan yang ditawarkan, wisatawan juga bisa praktik langsung mengolah tanah liat gerabah di rumah-rumah perajinnya. Wisatawan bisa membawa pulang produk kerajinan hasil buatannya.

Terdapat ratusan toko dan galeri seni yang memproduksi dan memajang aneka perabot dan hiasan yang berbahan dasar tanah liat di Kasongan. Harga yang dibanderol mulai dari Rp5.000 hingga puluhan juta rupiah, tergantung tingkat kesulitan proses pembuatannya dan seberapa besar ukuran yang diinginkan.

Patung Loro Blonyo, salah satunya. Patung ini merupakan produk yang paling dicari oleh wisatawan yang berkunjung ke desa ini. Patung yang berbentuk sepasang pengantin berpakaian adat Jawa ini konon dapat mendatangkan aura keberuntungan.

Baca juga: Desa Wisata Tembi, Menawarkan Keasrian Kehidupan Pedesaan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

ten − 5 =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.