Mengenal Candi Plumbangan, Peninggalan Majapahit di Blitar

2020
Candi Plumbangan
Candi Plumbangan (Foto: Flickr)

1001indonesia.net – Candi Plumbangan terletak di Desa Plumbangan, Kecamatan Doko, Kesamben, Blitar. Bangunan kuno ini didirikan pada masa Kerajaan Majapahit.

Bangunan yang seluruhnya terbuat dari batu andesit ini berbentuk gapura paduraksa, yaitu gapura dengan atap menyatu. Bentuknya mirip dengan bentuk Candi Bajang Ratu di Trowulan.

Candi ini pertama kali dilaporkan oleh Hoepermans saat mengunjungi Wlingi. Mula-mula ia mengira bahwa struktur gapura ini merupakan reruntuhan candi. Ketika de Haan berkunjung ke Candi Plumbangan pada 1920, bangunannya sudah runtuh. Setahun kemudian diadakan restorasi.

Menilik bentuknya, ada dugaan bahwa Gapura Plumbangan merupakan candi ruwatan sebagaimana halnya Candi Bajang Ratu. Bentuk gapura melambangkan suatu ‘pelepasan’ atau sebagai gunung yang merupakan tempat tinggal dewa dalam kepercayaan Syiwais.

Namun, fungsi bangunan berbentuk gapura paduraksa itu sendiri masih menjadi bahan perdebatan. Ada sebagian ahli yang berpendapat bahwa gapura merupakan tanda batas suatu wilayah atau kompleks bangunan tertentu.

Gapura Plumbangan menghadap timur-barat, dengan ‘sayap’ selebar sekitar 2 m menonjol ke utara dan selatan. Berbeda dengan kaki pada Gapura Wringin Lawang dan Gapura Bajang Ratu yang cukup tinggi, kaki Gapura Plumbangan hanya setinggi sekitar 0,5 m, dengan 2 anak tangga di kedua sisi. Ketebalan gapura pun hanya sekitar 0,5 m.

Tidak terdapat pahatan hiasan apapun pada gapura ini, baik pada dinding dalam maupun dinding luarnya. Atapnya berbentuk meru bersusun dengan puncak berbentuk kubus.

Pada bagian atas ambang pintu terdapat pahatan angka tahun 1312 Saka (1390 M). Merujuk pada angka tahun tersebut, Candi Plumbangan diperkirakan dibangun pada era Kerajaan Majapahit pada awal pemerintahan Wikramawardana.

Prasasti Plumbangan
Prasasti Plumbangan (Foto: candi.perpusnas.go.id)

Sekitar 6 m dari gapura ke arah tenggara, terdapat sebuah prasasti yang disebut Prasasti Plumbangan atau Prasasti Panumbangan yang umurnya lebih tua dari Candi Plumbangan.

Prasasti tersebut berangka tahun 1042 Saka (1120 M). Isinya sebuah keterangan bahwa Desa Panumbangan menjadi milik umat Buddha. Dari nama Panumbangan itulah nama Desa Plumbangan sekarang ini berasal.

Tampaknya bangunan kuno ini belum sepenuhnya berhasil dipugar. Di sekeliling pelataran tertata batu-batu berbagai bentuk yang belum diketahui fungsinya maupun letak dan susunan aslinya.

Di antara batu-batu tersebut, banyak yang berlubang di atasnya yang kelihatannya seperti bekas umpak. Di antaranya juga terdapat beberapa bentuk yoni yang telah rusak.

Baca juga: Situs Trowulan, Jejak Kebesaran Kerajaan Majapahit

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

eight + six =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.