1001indonesia.net – Tak hanya kesohor dengan keindahan pantai-pantainya, Gunungkidul juga dikenal dengan beragam makanan uniknya. Beberapa di antaranya menggunakan serangga sebagai bahan bakunya.
Masyarakat Gunungkidul memang memiliki kebiasaan mengonsumsi serangga. Beberapa serangga yang dikonsumsi antara lain ulat dan ungkrung pohon jati, ungkrung wesen (kepompong pohon trembesi), olan-olan (ulat pohon turi), belalang, laron, jangkrik, dan puthul.
Ungkrung jati
Ungkrung merupakan sebutan masyarakat Gunungkidul untuk kepompong atau pupa pohon jati. Tidak hanya dikonsumsi masyarakat Gunungkidul, kuliner musiman ini juga dikenal di Blora, Bojonegoro, Saradan, Caruban, dan Ngawi. Biasanya ungkrung jati dimasak goreng baceman.
Ungkrung jati ulat pohon jati hanya ada pada awal musim hujan. Sebenarnya tak hanya kepompongnya, yang masih berbentuk ulat juga bisa diolah. Yang paling pas untuk diolah adalah ulat yang sudah dewasa atau menjelang menjadi kepompong.
Setelah dewasa, ulat pohon jati akan turun untuk menjadi kepompong. Ulat itu turun menggunakan air liurnya yang berubah menjadi tali. Setelah sampai di tanah, ulat-ulat itu akan mencari tempat paling tepat dan membangun kepompongnya.
Di fase turun dari pohon ini merupakan saat yang tepat bagi warga untuk memanen ulat jati. Bagi yang tidak suka mengonsumsi dalam bentuk ulat, warga biasanya menunggu hingga ulat-ulat itu berubah jadi kepompong. Cita rasa ulat dan ungkrung memang beda.
Makanan unik yang kaya protein ini layak dicoba jika Anda kebetulan datang ke Gunungkidul saat musim ulat jati berkepompong. Dengan catatan Anda tidak alergi atau geli pada ungkrung jati.
Selain mengonsumsi ungkrung jati, masyarakat Gunungkidul juga mengonsumsi ungkrung wesen. Tapi berbeda dengan ungkrung jati, biasanya penduduk lokal lebih menikmati ungkrung wesen saat masih menjadi ulat. Umumnya, ungkrung wesen diolah dengan cara ditumis dengan cabai rawit, dibuat pepes atau bothok, dan dimasak dengan bumbu bacem.
Belalang goreng
Jenis belalang yang dikonsumsi oleh masyarakat Gunungkidul adalah jenis belalang kayu. Belalang atau walang goreng cukup populer di Gunungkidul. Kita bisa membeli panganan ini pusat oleh-oleh Gunungkidul yang terjaga kebersihannya dan aman dikonsumsi, meski harganya cukup mahal ketika tidak sedang musimnya.
Selain digoreng, belalang juga bisa dikonsumsi dengan cara dibakar. Cara ini banyak dilakukan di masa silam, ketika tungku kayu bakar masih umum digunakan. Anak-anak yang mendapatkan hasil setelah berburu belalang langsung membakarnya di tungku api yang sedang digunakan untuk memasak.
Tak hanya unik, olahan belalang ternyata kaya akan nutrisi, antara lain protein, vitamin, asam lemak dan mineral. Selain itu, kandungan protein tinggi yang dimiliki daging belalang, ternyata rendah mineral dan kolesterol. Sebab itu, makanan ini sangat sesuai bagi orang yang memiliki masalah dengan tingkat kolesterol.
Selain kaya akan protein, belalang adalah sumber kalsium yang cukup tinggi. Jenis mineral yang terkandung tersebut antara lain kalsium, magnesium, potasium, sodium, fosfor, zat besi, zinc, mangan, dan tembaga.
Laron goreng
Saat musim hujan datang, binatang laron akan bermunculan. Begitu malam hari, hewan bersayap ini sering mengerumuni cahaya lampu. Bukannya dianggap mengganggu, laron bisa disulap menjadi camilan.
Cukup digoreng dengan tambahan garam saja, olahan laron memiliki cita rasa gurih. Laron juga bisa dolah menjadi rempeyek. Konon laron goreng memiliki kandungan protein tinggi.
Olan-olan
Disebut juga uret, olan-olan agak sulit dicari. Sebab, binatang ini tinggal di pangkal batang pohon, tidak seperti umumnya ulat lain yang tinggal di dedaunan. Masyarakat Gunungkidul mengonsumsi olan-olan, utamanya yang terdapat di batang pohon turi.
Jangkrik
Umumnya jangkrik dijadikan makanan burung dan ikan hias. Tapi di Gunungkidul, serangga ini juga dikonsumsi manusia.
Masyarakat Gunungkidul mengolah jangkrik dengan cara digoreng dengan bumbu bawang dan garam. Saat ini, bahkan sudah ada yang mengolah jangkrik menjadi beragam panganan dengan varian rasa.
Puthul
Puthul merupakan sejenis kumbang yang banyak muncul ketika musim hujan tiba. Kumbang ini bisa ditemukan di batang pohon atau dalam gundukan tanah, biasanya muncul saat malam hari.
Puthul tergolong sebagai hama, tetapi penduduk Gunungkidul mengubahnya menjadi camilan dengan cara digoreng. Puthul goreng bercita rasa gurih.
Baca juga: Olahan Singkong, Makanan Khas Nusantara