Loetoeng Kasaroeng, Film Cerita Pertama yang Dibuat di Indonesia

1837
Loetoeng Kasaroeng

1001indonesia.net – Film Indonesia memiliki sejarah yang panjang, setidaknya sejak tahun 1920-an. Film cerita pertama yang dibuat di Indonesia adalah Loetoeng Kasaroeng, menjadi tonggak awal perkembangan film di Indonesia.

Sebelum itu, film-film yang diproduksi adalah film dokumenter yang digunakan pemerintah penjajah untuk mengenalkan Hindia Belanda pada masyarakat di negeri mereka. Produksi film dokumenter sudah dimulai sejak tahun 1910.

Pada 1926, diproduksilah film cerita pertama di Indonesia dengan judul Loetoeng Kasaroeng. Kisahnya diambil dari cerita rakyat di bumi Parahyangan yang sering disajikan dalam seni pantun Sunda.

Pantun Sunda merupakan kekayaan tradisi lisan masyarakat Jawa Barat. Tradisi yang sudah berusia ratusan tahun ini meski memiliki nama yang sama, tapi berbeda dengan pantun dalam tradisi Melayu.

Pagelaran pantun Sunda berbentuk tuturan atau penceritaan bersyair dengan iringan musik kecapi indung. Bentuknya merupakan campuran antara percakapan, lagu, dan syair cerita. Biasanya isinya tentang pencarian kerohanian.

Baca: Pantun Sunda, Sastra Lisan Masyarakat Jawa Barat

Salah satu cerita yang cukup populer dalam pantun Sunda adalah kisah Lutung Kasarung atau lutung yang tersesat. Lutung atau langur adalah sejenis monyet berwarna hitam atau kuning keemasan dan berekor panjang yang tersebar di dua wilayah: Asia Tenggara dan India bagian selatan.

Lutung Kasarung mengisahkan perjalanan Sanghyang Guruminda dari Kahyangan ke bumi dalam wujud seekor lutung. Ketika sampai di bumi, ia tersesat di tengah hutan. Itulah sebabnya ia dipanggil Lutung Kasarung, yaitu lutung yang tersesat.

Di hutan itu, ia bertemu dengan Purbasari, seorang putri yang diasingkan dari istana kerajaan karena penyakit yang dideritanya. Penyakit itu berasal dari guna-guna kakaknya, Purbararang, yang tidak terima karena adiknya yang diangkat menjadi pengganti raja. Sebagai anak tertua, Purbararang merasa lebih berhak menggantikan ayahnya.

Lutung Kasarung adalah seekor makhluk yang buruk rupa. Pada akhirnya ia berubah menjadi pangeran dan membantu Purbasari untuk mendapatkan apa yang telah menjadi haknya. Purbasari kemudian memerintah Kerajaan Pasir Batang.

Kisah itulah yang kemudian menjadi alur cerita dalam film Loetoeng Kasaroeng. Saat itu, masih era film bisu dan hitam putih. Film yang ditayangkan di bioskop hanya berupa gambar bergerak tanpa ada suara sama sekali.

Loetoeng Kasaroeng dirilis pada tahun 1926 oleh NV Java Film Company. Film ini dibuat oleh L. Heuveldorp bekerja sama dengan G. Krugers, seorang peranakan Indo-Belanda dari Bandung. Krugers yang bekerja sebagai Kepala Laboratorium NV Java Film Co. adalah adik ipar raja bioskop Bandung yang terkenal, F.A.A. Buse.

Dalam proses pembuatannya, L. Heuveldorp yang konon sudah berpengalaman di Amerika Serikat bertindak sebagai sutradara, sedangkan Krugers sebagai kamerawan.

Pembuatan film Loetoeng Kasaroeng didukung sepenuhnya oleh Bupati Bandung saat itu, Aria Wiranatakusumah V. Sang Bupati Bandung saat itu memberikan bantuan finansial demi kelancaran produksi film Loetoeng Kasaroeng. Lokasi pengambilan gambar kira-kira 2 kilometer sebelah barat Kota Padalarang.

Film ini juga didukung oleh militer Belanda. Pihak militer Belanda membantu dengan meminjamkan lampu sorot besar dan juga mobil untuk digunakan sebagai transportasi.

Meski film berdurasi 1 jam ini dibuat oleh orang asing, ceritanya diambil dari cerita asli Nusantara. Seluruh pemain film ini juga adalah aktor dan aktris pribumi, termasuk Martoana, Oemar, dan anak-anak Bupati Bandung Wiranatakusumah V, yang dipimpin oleh seorang guru kepala bernama Raden Karta Barata.

Pemutaran perdananya berlangsung sukses. Loetoeng Kasaroeng diputar selama 1 minggu, dari tanggal 31 Desember 1926 sampai 6 Januari 1927, di Bioskop Majestic di Jalan Braga, Bandung.

Sebelum diputarnya Loetoeng Kasaroeng, film yang tayang di Hindia Belanda saat itu sepenuhnya merupakan film impor, terutama dari Perancis dan Amerika Serikat. Loetoeng Kasaroeng menjadi tonggak pertama perfilman di Indonesia. Kesuksesannya menjadi pendorong bagi kemunculan film-film Indonesia lainnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

seven − five =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.