Kampung Warna Bobotsari

2667
Kampung Warna Bobotsari
Digagas oleh para pemuda, kampung yang sebelumnya kumuh menjadi bersih dan berwarna-warni. Saat ini, Kampung Warna yang terletak di Desa Bobotsari, Kecamatan Bobotsari, Purbalingga ini menjadi destinasi wisata baru yang banyak dikunjungi wisatawan. (Foto: Liputan6.com/Gun ES)

1001indonesia.net – Dulu, Kampung Warna merupakan kawasan kumuh, suram, dan rawan. Banyak pemudanya suka begadang, keluyuran, dan mabuk-mabukan. Namun, saat ini kondisinya jauh berbeda. Kawasan ini sekarang menjadi indah dan semarak dengan beragam warna. Tidak ada lagi kegiatan negatif di kalangan pemudanya. Hanya dalam waktu satu bulan, kampung ini menjadi destinasi wisata baru.

Paling tidak ada 36 rumah warga di RT 002 dan RT 003 RW 008 Desa Bobotsari, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga, yang berhiaskan bermacam-macam lukisan. Cat-cat dengan warna kontras hingga seni mural menghiasi gapura. Aneka bunga dari sampah plastik menghiasi pinggiran jalan. Semuanya tampak indah.

Dengan membayar tiket Rp3.000, pengunjung dapat berswafoto. Ada para pemandu yang siap membantu mulai dari jasa parkir hingga membantu mengambil foto. Di sana terdapat tiga zona yang bisa dieksplorasi para pengunjung, yaitu zona pola warna, lorong warna, dan zona tiga dimensi.

Gagasan mendirikan kampung warna berasal dari pemuda yang tergabung dalam kelompok sadar wisata (Pokdarwis) desa setempat yang ingin mengubah lingkungannya sekaligus memberikan kado kemerdekaan RI. Dibantu warga, mereka kemudian bekerja sama membersihkan, mengecat, dan menyediakan konsumsi untuk kerja bakti.

Butuh waktu satu bulan untuk melakukan persiapan dan menyelesaikan pengecatan. Akhirnya, pada 17 Agustus 2017, Kampung Warna yang sebelumnya bernama Kampung Baru resmi dibuka.

Untuk biaya pengerjaannya, pemuda meminjam kas RW sebesar Rp 10 juta. Uang tersebut digunakan untuk membeli cat, sementara proses pengecatannya dilakukan secara swadaya.

Untuk mengelola kebersihan dan melayani pengunjung, sedikitnya ada 30 pemuda dan warga terlibat. Mereka dibagi menjadi tiga tim, yaitu tim ide kreatif dan pengembangan, tim pelayanan dan parkir, serta pemasaran dan promosi.

Tim kreatif menyurvei gambar mana saja yang diminati pengunjung dan yang tidak diminati pengunjung. Gambar-gambar yang tidak diminati akan diganti dengan gambar lain. Hasil survei tersebut juga menjadi pertimbangan untuk melakukan pengembangan lebih lanjut.

Anggota dari tim selalu ditukar bergantian agar setiap pemuda dapat merasakan semua tanggung jawab pada setiap tim. Selain itu, para pemuda juga dilibatkan untuk mengambil sampah dari warga setiap dua hari sekali dan warga ditarik iuran sampah Rp500 per hari. Sampah akan dipilah di bank sampah.

Menjadi lebih baik

Setelah berdirinya Kampung Warna, banyak perubahan yang terjadi di masyarakat. Dulu, warga sering membuang sampah sembarangan sehingga lingkungan tampak kumuh. Saat ini, warga mengerti akan pentingnya hidup bersih. Mereka juga saling mengingatkan untuk membuang sampah pada tempatnya.

Kenakalan remaja pun turun drastis setelah berdirinya Kampung Warna. Dulu, para pemuda senang nongkrong di pinggir jalan sambil mabuk-mabukan ataupun keluyuran. Mereka tidak lagi melakukannya saat ini.

Mereka lebih memilih untuk aktif bergabung dengan kelompok sadar wisata, membersihkan dan mengecat kampung, kemudian mempromosikan keindahannya melalui media sosial. Saat malam, mereka berdiskusi untuk membuat kampung menjadi lebih indah dan mempromosikannya pada masyarakat luas.

Masyarakat sekitar juga mendapat keuntungan dari adanya kampung ini. Dengan adanya para pengunjung yang datang, warga memiliki kesempatan mendirikan warung makanan untuk melayani kebutuhan para pengunjung. Selain itu, warga juga terbantu dengan adanya para pemuda yang mengangkut sampah mereka. Dulu, sampah yang ada biasanya dibakar saja di belakang rumah.

Kampung Warna yang berjarak 11 kilometer dari alun-alun Purbalingga ini menjadi bukti peran pemuda sebagai agen perubahan. Inovasi dan kreativitas yang dimiliki para pemuda ini patut diapresiasi dan dijadikan contoh bagi para pemuda di daerah lain. Sudah saatnya para pemuda menunjukkan aksi nyata untuk membuat masyarakat menjadi lebih baik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

fourteen − 10 =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.