Jaran Kencak, Pertunjukan Kelincahan dan Kegagahan Kuda dari Lumajang

869
Jaran Kencak
Atraksi Jaran Kencak tepi Danau Klakah, Lumajang, Jawa Timur. (Foto: Tempo/Francisca Christy Rosana)

1001indonesia.net – Kesenian Jaran Kencak dari Lumajang, Jawa Timur, menggambarkan kegagahan ksatria zaman dulu. Munculnya kesenian ini berawal dari kekaguman masyarakat terhadap tokoh Ranggalawe putra dari Aria Wiraraja dengan kudanya yang bernama Nila Ambara.

Istilah Jaran Kencak berasal dari kata jaran yang berarti kuda dan kencak yang berarti menari. Dengan demikian, kesenian Jaran Kencak adalah pertunjukan kuda yang dilatih khusus untuk menari. Kuda itu dirias dengan pakaian dan aksesoris sehingga tampak gagah dan menarik.

Ada pendapat yang mengungkapkan bahwa kesenian ini lahir pada masa Kerajaan Lamajang Tigang Juru. Ini diperkuat dengan ditemukannya patung dari batu bata yang mirip dengan Jaran Kencak saat ini.

Selain di Lumajang, pertunjukan kelincahan kuda yang memakai baju zirah dengan segala pernak-perniknya ini juga berkembang di Probolinggo, Jember, Pasuruan, Banyuwangi, Bondowoso, Sumenep, dan Tengger. Kesenian serupa adalah Jaran Jenggo di Pantura dan Kuda Renggong di Sumedang.

Di wilayah Probolinggo, kesenian Jaran Kencak menginspirasi lahirnya kesenian Jaran Bodhag. Karena himpitan ekonomi sehingga tidak bisa menghadirkan kuda asli untuk pertunjukan Jaran Kencak, warga kemudian menciptakan pertunjukan tarian dengan kuda tiruan yang disebut Jaran Bodhag.

Sampai saat ini kesenian yang disebut juga dengan nama Kuda Kencak ini masih lestari, dan bahkan menjadi ikon budaya Kota Lumajang. Pada 2016, kesenian ini diakui sebagai warisan budaya takbenda nasional dari Provinsi Jawa Timur.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

3 + 14 =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.