1001indonesia.net – Jaran Bodhag adalah pengembangan dari tarian Kuda Kencak. Namun berbeda dengan Jaran Kencak, kesenian asal Probolinggo ini tidak menggunakan kuda asli, melainkan kuda tiruan.
Istilah Jaran Bodhag berasal dari Bahasa Jawa atau Bahasa Madura. Jaran berarti kuda dan bodhag berarti wadah. Jaran Bodhag merupakan kuda tiruan dari bentuk aslinya.
Konon kesenian jaranan jaranan asal Probolinggo ini muncul pada masa awal Kemerdekaan Indonesia. Saat itu, masyarakat pinggiran ingin melihat pertunjukan Jaran Kencak alias pertunjukan kuda yang dilatih khusus untuk menari dan dirias dengan pakaian dan aksesoris.
Baca juga: Uniknya Tarian Kuda Renggong Khas Sumedang
Sayangnya, keterbatasan ekonomi membuat mereka tidak mampu untuk memiliki ataupun sekadar menyewa kuda. Sebab itu, mereka membuat kuda tiruan dari kayu dari kuda sampai leher. Kepala kuda tiruan itu kemudian disambung dengan peralatan lengkap dengan aksesoris mirip Jaran Kencak.
Pemain dalam pertunjukan ini terdiri atas beberapa penari “penunggang kuda” dan penari pengiring. Para penari, terutama yang “menunggang” kuda tiruan, menggunakan kostum yang gemerlap dan menarik. Mereka kemudian diarak dengan iringan musik kenong telo, sronen (seruling Madura), kendang, tambur, saron dan gong.
Di masa silam, kesenian ini dianggap sebagai hiburan kelas bawah itu. Kesenian ini biasa dilaksanakan dalam rangka mendampingi arak-arakan acara hajatan, pernikahan, khitanan, dan lain-lain.
Kini kesenian tradisional ini telah menjadi kesenian semua kalangan. Pertunjukan tari dengan kuda tiruan ini sering ditampilkan sebagai hiburan pada perayaan nasional dan daerah, pembukaan kantor atau usaha, serta acara-acara perkumpulan warga.
Saat ini Jaran Bodhag menjadi salah satu kesenian kebanggaan Kota Probolinggo. Pada 2014, kesenian tradisional ini diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda Nasional dari Provinsi Jawa Timur.
Baca juga: Jaran Kepang, Seni Pertunjukan Kuda Lumping di Indonesia