1001indonesia.net – Upacara garebeg di Kesultanan Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari gunungan yang diarak pada puncak acara. Gunungan merupakan tanda terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa untuk berkah yang telah dilimpahkan-Nya. Gunungan terbuat dari nasi dan dihias dengan sayur-mayur dan panganan lainnya.
Macam-macam Gunungan dalam Upacara Garebeg
Dalam upacara garebeg, terdapat beberapa macam gunungan, yaitu gunungan jaler (laki-laki), estri (perempuan), darat, gepak, pawuhan, dan picisan.
Gunungan Jaler
Gunungan jaler melambangkan sosok seorang raja. Berbentuk kerucut dengan tinggi mencapai 2 meter. Terdiri atas 2 bagian, bagian atas dan bawah. Pada bagian atas terdiri atas mustaka yang dibuat dari baderan. Di bawahnya merupakan bendul.
Baderan adalah makanan yang dibuat dari beras ketan yang dibentuk menyerupai ikan bader. Untuk membuatnya diperlukan alat bantu dari kayu randu sepanjang 50 sentimeter.
Sementara bendul adalah makanan yang dibuat dari tepung beras ketan. Sesuai dengan namanya, makanan ini berbentuk bendul atau bulat. Di bagian tengahnya diberi bambu sepanjang 4 sentimeter dan tangkai.
Baderan dan bendul diikat di bagian paling atas, kemudian di bagian bawahnya dipasang rangkaian telur rebus secara melingkar. Pada bagian tubuh diberi tangkilan kacang sampai ke bawah, dan paling bawah diberi pelokan yang berupa telur dadar.
Tangkilan kacang adalah rangkaian sayuran yang terdiri atas kacang panjang, cabai merah, cabai hijau, dan kucu, yang semuanya diikat dan diberi tangkai.
Gunungan Estri
Gunungan ini melambangkan sosok permaisuri raja. Berbentuk seperti kerucut terbalik. Bagian atasnya dibentuk kerucut yang melebar atau tumpul. Bentuk bagian atasnya (mustaka) menyerupai gunungan dalam wayang. Di sekitarnya dihiasi dengan ilat-ilatan yang berjumlah 60 buah.
Di bawah ilat-ilatan diletakkan upil-upilan yang berwarna-warni, kemudian tlapukan yang beraneka warna pula melingkari gunungan. Di bagian bawah tlapukan disusun rengginan sampai memenuhi kerucut bagian atas tersebut.
Untuk menambah nilai keindahan, pada bagian atas ditambahkan betetan dan ole-ole. Pada bagian tubuh seluruhnya dibalut menggunakan kulit pohon pisang yang disusun melingkar tegak. Kemudian bagian luar dari kulit pohon pisang dihiasi dengan eblek dan tedeng yang disusun menggantung. Di bagian dasar diletakkan wajik sebakul hingga penuh dan menutupi area tersebut.
Gunungan Darat
Gunungan darat melambangkan para pangeran dan putra raja. Berbentuk seperti gunungan estri. Bedanya gunungan darat tidak diletakkan di jodang, dan ukurannya lebih kecil. Ilat-ilatan juga tidak berwarna hitam melainkan berwarna-warni meliputi lima warna, yaitu: hitam, putih, merah, kuning, dan hijau.
Pembuatannya dimulai dari mustaka yang dihiasi upil-upilan secara melingkar, makin ke bawah makin besar. Upil-upilan terbuat dari beras ketan, dibentuk segiempat dan dikeringkan. Proses penysunannya dari atas ke bawah dan diurutkan warnanya. Urutan warnanya mulai dari putih, merah, hijau, kuning, dan hitam.
Kemudian dilanjutkan dengan susunan tlapukan, yang disusun dari atas ke bawah. Semakin ke bawah semakin besar. Tlapukan merupakan makanan yang dibuat dari beras ketan, dibentuk bintang persegi enam dan dikeringkan. Susunan warna tlapukan sama seperti susunan warna upil-upilan.
Di bagian bawah diletakkan rengginan melingkar satu baris. Untuk hiasan, diletakkan pula betetan sejumlah 18 buah, dan ole-ole 8 buah, diletakkan di bagian atas.
Betetan merupakan makanan yang dibuat dari beras ketan yang dimasak kemudian ditumbuk sampai halus, dan dibentuk seperti paruh burung betet. Sementara ole-ole merupakan makanan yang terdiri dari jenis makanan kucu dan upil-upil, yang dirangkai pada sujen, panjangnya kurang lebih 60 sentimeter.
Penyelesaian bagian bawah gunungan darat sama seperti gunungan estri. Badannya ditutupi kulit batang pisang yang dihiasi dengan tedeng. Mengingat gunungan ini tidak diletakkan di atas jodang, maka pada bagian tubuh dipasang tali yang cukup kuat sebagai tempat untuk memikul gunungan tersebut.
Gunungan Gepak
Gunungan gepak melambangkan diri para putri raja. Berwujud seperti jodang yang terbuat dari kayu jati dicat merah tua, lengkap dengan dua batang kayu yang cukup besar dan panjang untuk memikul.
Di dalam jodang tersebut diletakkan berbagai jenis makanan dan buah-buahan yang akan dibagikan kepada petugas. Buah-buahan yang digunakan antara lain jeruk, pisang, nanas, pepaya, rambutan, salak, duku, langsat, dan jambu.
Disediakan pula beraneka macam pala kependhem (umbi-umbian) antara lain, ubi kayu, ubi jalar, gembili, gadung, kentang, dan suwek. Tidak ketinggalan aneka macam panganan yang dibuat dari beras, antara lain jadah, wajik, leganda, lemper, sagon, cucur, apem, serabi, geplak, mendut, rengginang, jenang, dan beraneka macam roti.
Semua makanan tersebut dimasukkan ke dalam jodang dan dibawa ke masjid untuk diberikan kepada para petugas yang terlibat dalam upacara garebeg.
Gunungan Pawuhan
Gunungan pawuhan melambangkan diri para cucu raja. Berwarna putih sebagai pengganti mustaka. Di sekitarnya disusun upil-upilan melingkar dengan urutan warna mulai dari putih, merah, hijau, kuning, dan hitam. Kemudian dilanjutkan tlapukan dengan urutan warna yang sama.
Pada bagian paling luar diletakkan rengginang satu baris secara melingkar, kemudian dihiasi dengan betetan dan ole-ole. Pada bagian tubuhnya sama dengan gunungan estri maupun darat. Untuk hiasannya ditambahkan buntal yang dibuat dari berbagai daun, yaitu daun udan mas, cowekan, dan kembang merah yang disusun selang-seling.
Gunungan Picisan
Berbentuk menyerupai gunungan estri dan darat, namun ukurannya lebih kecil. Di bagian puncaknya diletakkan bendera kecil; dibentuk dari sebuah batang pisang yang panjangnya kurang lebih 30 sentimeter dan garis tengahnya 15 centimeter.
Juga ditancapkan beberapa tangkai picisan yang diikat menjadi satu dengan tiang bendera kecil berwarna putih. Di bagian lain dihias dengan buntal dan samir berwarna kuning. Tidak terdapat makanan yang menghiasinya.