1001indonesia.net – Masyarakat Indonesia tidak asing dengan istilah dukun. Keberadaan dukun di Indonesia memang sudah populer sejak lama. Apalagi di wilayah Jawa Timur yang sering dikenal sebagai tempat banyak dukun terkenal, terutama daerah Banyuwangi. Pada medio 2009 silam di Jombang, jika Anda masih ingat, ada fenomena dukun cilik Ponari yang terkenal dengan batu penyembuhnya. Namun, sebenarnya apa sih dukun itu?
Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dukun adalah orang yang mengobati atau menolong seseorang. Pada umumnya, masyarakat memahami bahwa dukun merupakan sebuah profesi untuk mengobati seseorang dengan mantra tertentu.
Sebenarnya ada banyak jenis dukun yang populer di Jawa Timur. Di antaranya adalah dukun beranak, dukun pijat, dukun santet, dukun gambuh, pujonggo, dan dukun guna-guna.
Jika dikelompokkan, dukun santet dan guna-guna merupakan dukun yang ilmunya digunakan untuk mencelakai orang. Sedangkan, dukun beranak, dukun pijat, dukun gambuh, dan pujonggo merupakan dukun dengan ilmu penyembuh. Dukun penyembuh ini sangat dikenal dengan banyak metode pengobatannya.
Dulu, dukun menggunakan ilmu-ilmu gaib untuk melakukan praktik penyembuhan kepada pasiennya. Tidak hanya ilmu gaib berupa mantra, praktik penyembuhan dukun zaman dulu juga menggunakan roh “halus” yang dapat membantu proses penyembuhan penyakit.
Ada juga dukun yang menggunakan media hewan untuk mentransfer penyakit dari pasiennya. Hingga menggunakan benda-benda aneh, seperti Ponari yang dipercayai punya kekuatan ajaib. Masyarakat jawa Timur sangat percaya, ilmu gaib dan metode penyembuhan lain yang digunakan oleh para dukun dapat membawa kesembuhan pada penyakit yang dideritanya.
Rasa percaya mengenai dukun terus dibawa oleh para leluhur mereka dari generasi ke generasi. Hingga saat ini, metode pengobatan dukun masih eksis. Masyarakat Jawa Timur masih akrab dengan teknik pengobatan tradisional ini.
Minat tinggi terhadap dukun disebabkan adanya anggapan bahwa “orang pintar” (dukun) dapat mengetahui secara detail keseluruhan penyakit yang diderita oleh seseorang daripada dokter.
Masyarakat juga menganggap bahwa metode penyembuhan dukun tidak hanya menyembuhkan satu penyakit saja. Dukun juga menyembuhkan keseluruhan penyakit yang ada di tubuh pasien. Hal tersebut yang membuat masyarakat semakin percaya atas keahlian dukun.
Adapun penyakit-penyakit yang dapat disembuhkan oleh dukun, seperti penyakit nonmedis (santet, guna-guna, teluh) dan penyakit bawaan seseorang (mag, masuk angin, kanker, dll). Dalam istilah ilmiah, penyakit ini masuk kepada kategori personalistik (gangguan jin dan roh) serta naturalistik (gangguan keseimbangan tubuh).
Baca juga: Sikerei, Ritual Pengobatan Tradisional Suku Mentawai
Masuknya Islam ke Indonesia dan kemudian menjadi agama yang besar memengaruhi praktik perdukunan, terutama di Jawa Timur. Perkembangan terbesar Islam di Nusantara berpusat di wilayah Jawa. Sebab itu, mau tidak mau Islam memengaruhi sendi-sendi kehidupan masyarakat Jawa.
Pengaruh Islam ini terasa dalam praktik pengobatan tradisional, terutama dalam penggunaan mantra dukun. Jika dahulu mantra dukun adalah ajian-ajian Jawa, namun saat ini sebagian dukun menggantinya dengan ayat suci Al-Quran. Perubahan ini terjadi sebab dalam Islam terdapat istilah syiri’ dan musyri’ yang menjadi kontrol seorang muslim dalam bertindak.
Selain itu, “orang pintar” tidak lagi merujuk hanya kepada dukun, tetapi juga ustad dan kyai yang mengetahui metode penyembuhan Islami, seperti ruqyah. Konsep-konsep pengobatan yang lebih Islami ini memiliki banyak kesamaan dengan konsep pengobatan dukun dahulu dalam segi penyakit yang disembuhkan.
Meskipun terlihat klenik, Islam juga memiliki doa dan metode penyembuhan penyakit gaib. Oleh karena itu, doa-doa tersebut digunakan sebagai pengganti mantra yang digunakan dukun dahulu kala.
Hingga saat ini, dukun tradisional ataupun dukun yang Islami tetap banyak didatangi oleh para pasien. Kecanggihan teknologi kedokteran di Indonesia tidak menghilangkan rasa percaya masyarakat kepada pengobatan tradisional.
Belum hilangnya kepercayaan terhadap penyakit gaib membuat praktik dukun tetap eksis di Indonesia, terutama Jawa Timur. Sebab, dalam kepercayaan masyarakat, penyakit gaib ini tidak akan bisa dideteksi secara medis dengan alat secanggih apa pun.
Hal ini juga mengindikasikan bahwa Indonesia kaya akan metode penyembuhan tradisional sejak dulu dan bertambah kaya dengan percampuran budaya-budaya baru.
Della Aura Novitasari
Mahasiswi Antropologi Universitas Brawijaya