1001indonesia.net – Cerita Panji mengisahkan percintaan antara Panji Inukertapati (Panji Asmarabangun) dan Dewi Sekartaji (Galuh Candrakirana) dengan latar peperangan antara Kerajaan Jenggala dan Panjalu, Kediri.
Mahakarya sastra asli Indonesia ini berasal dari Pulau Jawa pada masa-masa awal Kerajaan Majapahit atau sekitar abad ke-13 M. Seiring perkembangan Majapahit, kisah ini menyebar ke beberapa wilayah Nusantara hingga Asia Tenggara (Malaysia, Thailand, Kamboja, dan Filipina).
Cerita kuno ini bahkan menjadi inspirasi bagi seni Nusantara lainnya, seperti seni tari, wayang, maupun kesenian topeng. Kisah Panji juga berkembang menjadi tarian di Thailand. Bahkan, Malaysia telah membuat filmnya dengan judul Panji Semerang (1961).
Mengingat terkenalnya kisah asli Nusantara tersebut, Perpustakaan Nasional bersama dengan Malaysia, Kamboja, British Library, dan Universitas Leiden telah mengajukan naskah Panji sebagai Ingatan Kolektif atau Memory of the World (MoW) di UNESCO untuk kategori naskah kuno pada April 2016. Keputusan dari MoW UNESCO akan diumumkan pada Oktober 2017.
Seperti yang dilansir Kompas (Senin 7/8/2017), cerita Panji telah bertahan selama tujuh abad. Naskah ini menjadi satu-satunya karya sastra Indonesia yang menyebar sampai kawasan Asia Tenggara.
Agar dapat diakui internasional sebagai karya kreativitas budaya nenek moyang Indonesia, naskah Panji harus terus dipelihara kelestariannya. Selain itu, naskah Panji harus terbuka secara umum untuk akademisi dan disebarkan kepada khalayak umum.
Saat ini, cerita Panji memiliki banyak versi. Manuskripnya tersebar ke wilayah Asia Tenggara dan Belanda. Perpustakaan Nasional Kamboja memiliki satu naskah, Perpustakaan Nasional RI memiliki 76 naskah, Perpustakaan Negara Malaysia memiliki 5 naskah, dan yang paling banyak adalah perpustakaan Universitas Leiden yang memiliki 250 naskah.
Lebih sedikitnya naskah yang dimiliki Indonesia dibanding yang dimiliki Belanda dikarenakan faktor iklim. Iklim tropis Indonesia membuat manuskrip mudah hancur (Kompas, 7/8/2017).
Cerita Panji
Hingga kini, para ahli belum dapat memastikan siapa pengarang pertama dari kisah Panji tersebut dan kapan pertama kali ditulis. Masyarakat hanya mengetahui bahwa cerita Panji mengisahkan percintaan antara Panji Inukertapati dan Galuh Candrakirana—dengan berbagai varian nama—dengan latar peperangan antara Kerajaan Jenggala dan Panjalu di Kediri.
Cerita Panji tergolong unik karena meski menceritakan kehidupan kerajaan, tetapi kisah ini merakyat dan berkembang dalam pola cerita rakyat yang membuatnya menjadi sangat populer.
Kisah ini juga istimewa hingga tergurat pada relief di 14 candi di seluruh Jawa Timur. Selain itu, juga muncul kisah-kisah kecil lainnya yang berinduk pada cerita Panji, seperti Keong Mas dan Ande-Ande Lumut.
Dukungan generasi muda
Meskipun unik dan sangat istimewa, untuk dapat bertahan dan menjadi ingatan dunia, cerita Panji memerlukan dukungan dari masyarakat luas dan terutama generasi muda saat ini. Misalnya, seperti yang dilakukan oleh Dwi Cahyono dan Cahyono.
Dwi Cahyono merupakan pendiri Museum Panji Malang. Pada 2015, ia membangun museum dengan fasilitas aula dan panggung tempat pertunjukan yang berkapasitas 300 penonton dan panggung terbuka berkapasitas 2.000 penonton. Ada pula laboratorium, ruang penyimpanan, perpustakaan, dan studio alam yang membahas tentang cerita Panji.
Sementara Handoyo aktif melestarikan cerita Panji dalam pertunjukan seni wayang topeng Malang. Ia aktif berkesenian di Sanggar Asmoro Bangun Kedungmongso, Pakisaji, Malang, Jawa Timur. Di sana, ia juga aktif membuat topeng Panji dan mementaskan wayang topeng dengan mengambil cerita Panji.