Berahoi, Tradisi Unik Berbalas Pantun saat Panen Padi

980
Tradisi Berahoi
Pada tradisi Berahoi, masyarakat mengirik padi sambil berbalas pantun dalam suasana yang riang gembira. (Foto: warisanbudaya.kemdikbud.go.id)

1001indonesia.net – Masyarakat Melayu Langkat di Sumatera Utara memiliki tradisi berpantun unik yang dilakukan saat panen padi. Tak hanya sebagai wujud kegembiraan atas hasil panen yang didapat, tradisi ini juga berperan penting dalam mempererat hubungan antarwarga.

Berahoi berasal dari kata ahoi yang berarti mengajak. Tradisi berbalas pantun ini merupakan bagian dari budaya agraris masyarakat Melayu Langkat, dilakukan saat mengirik padi atau melepaskan padi dari tangkainya.

Orang-orang yang terlibat dalam kegiatan ini adalah warga kampung, pria dan wanita, dari yang muda hingga tua. Dalam suasana yang riang gembira, para peserta berkumpul melingkar menginjak tumpukan padi. 

Pantun pembuka pada Berahoi dilakukan oleh kalangan tua sedangkan penutupannya dibawakan oleh kalangan muda. Ketika salah seorang peserta mengirik padi sambil membawakan pantun, yang lainnya akan menyahutinya dengan berkata ahoi-ahoi.

Sebagian besar yang terlibat dalam kegiatan berbalas pantun ini adalah pemuda-pemudi yang tinggal satu kampung atau bertetangga dengan si pemilik sawah. Kegiatan Berahoi ini umumnya diikuti kurang lebih 40 orang.

Meski dilakukan sambil membantu si pemilik sawah memanen padinya, Berahoi dilakukan dengan riang gembira, secara sukarela, dan tanpa meminta bayaran. Si pemilik sawah cukup menyediakan minuman dan makanan saja, biasanya berupa nasi dan lemang.

Baca juga: Pantun Batobo, Warisan Budaya Tak Benda dari Riau

Dalam keriangan berbalas pantun, pekerjaan melepas padi dari tangkai dilakukan dengan semangat sehinga cepat selesai. Selain itu, tradisi ini dapat mempererat pergaulan antara para pemuda dan pemudi wilayah setempat. Tradisi ini bahkan sering dijadikan sebagai ajang mencari jodoh.

Meski panen padi biasanya dilakukan saat pagi atau siang hari, namun kegiatan Berahoi ini umumnya dilakukan pada malam hari. Laki-laki akan mengangkat padi dari tumpukan ke anjaian lalu mengiriknya sambil berpantun. Sementara yang wanita bertugas mengangkat padi dari bawah anjaian ke tempat lainnya.

Anjaian adalah sebuah wadah yang ditinggikan menggunakan tiang. Dasarnya terbuat dari bambu yang dianyam rotan.

Baca juga: Mappadendang, Tradisi Sambut Musim Panen Masyarakat Suku Bugis

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

fourteen − seven =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.