Batu Bacan, Batu Mulia dari Pulau Kasiruta di Halmahera Selatan

1780
Batu Bacan
Ilustrasi (Foto: Darul Amri/Tribun Timur)

1001indonesia.net – Bagi para penggemar batu akik, nama batu bacan tentu sudah tak asing lagi. Batu alam berwarna kebiru-biruan dan kehijau-hijauan itu pernah booming. Popularitas batu bacan mulai terangkat sejak 1994 ketika pasar luar negeri mulai memburu batu mulia asal Kepulauan Maluku ini.

Batu hiasan ini sebenarnya telah memiliki sejarah yang panjang. Batu bacan menjadi perhiasan penting pada masa Kasultanan Bacan, Jailolo, Tidore, dan Ternate. Batu ini dipasang juga di mahkota Sultan Bacan.

Popularitas semakin melambung sejak presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono memberikan batu bacan sebagai cendera mata untuk Presiden Amerika Serikat Barack Obama ketika keduanya bertemu di Konferensi Asia Afrika Ke-60 di Jakarta pada 2015.

Saat tren, harga jual batu bacan meroket. Padahal sebelum menjadi tren, batu mulia ini tidak seberapa harganya. Dulu tidak ada pembeli lokal ataupun pembeli dari luar daerah. Juga tidak ada masyarakat yang mencari nafkah mencari batu bacan.

Ketika ada masyarakat yang kebetulan menemukannya, batu tersebut tidak dijadikan cincin, melainkan ditukar dengan barang-barang kebutuhan pokok.

Konon, orang yang pertama kali membeli batu bacan dengan harga mahal adalah turis dari Singapura. Turis dari Singapura membeli batu bacan 10 kilogram dengan harga Rp 7 juta, pada 1990. Setelah pembelian tersebut, batu mulia ini seiring waktu menjadi terkenal di mancanegara. Pada 2009, bacan mulai diburu banyak kalangan di Indonesia.

Peminat batu bacan dari mancanegara terbanyak adalah kalangan dari suku Tionghoa. Warna yang mereka minati adalah warna hijau, biru, dan merah. Tetapi bacan yang berwarna merah sulit untuk dicari.

Batu bacan terdiri dari beberapa jenis, seperti bacan obi, pancawarna, doko, dan palamea. Bacan yang selama ini dianggap favorit adalah bacan doko dan palamea.

Batu bacan dalam khazanah ilmu gemologi (ilmu yang mempelajari batu mulia) disebut sebagai Chrysocolla in Chalcedony, atau batu kalsedon yang mengandung krisokola. Unsur krisokola inilah yang memberi warna pada kalsedon. Di pasaran dunia, batu bacan disebut sebagai gem silica.

Meski bernama batu bacan, sebenarnya batu ini tidak ada di Pulau Bacan, tetapi hanya ada di Pulau Kasiruta, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Di Pulau Kasiruta itulah terdapat Kampung Doko dan Palamea yang terkenal sebagai penghasil batu bacan.

Sementara nama “bacan” diambil dari nama pulau yang menjadi tempat pertama kali diperdagangkannya batu tersebut.

Proses untuk mendapatkan batu bacan bukanlah hal yang mudah dan sangat berisiko. Orang perlu menggali dan mencarinya di dalam tanah di kedalaman hingga ratusan meter. Untuk itu, dibutuhkan keahlian.

Setiap saat, para penggali terancam tertimbun tanah. Para pencari batu bacan yang masuk ke dalam tanah pun harus dibekali dengan kantong udara untuk bernapas dengan dibantu selang udara. Proses yang berisiko tinggi dengan taruhan nyawa ini akan terbayar apabila bisa mendapat bongkahan batu bacan bernilai jutaan rupiah.

Penambangan Batu Bacan
Penambangan batu bacan di Pulau Kasiruta. (Foto: Fimela.com)

Batu bacan menjadi sangat populer karena keindahan warnanya. Warna yang sering kita jumpai untuk batu jenis ini adalah berwarna hijau tua dan hijau muda sedikit kebiruan. Namun sebenarnya, batu akik bacan ini tak kurang memiliki 9 jenis warna. Di antaranya adalah warna hitam, cokelat, merah, putih bening, putih susu, dan kuning tua.

Kelebihan lain yang dimiliki batu ini adalah kemampuannya untuk berubah warna. Batu jenis ini dikatakan batu hidup yang bisa berproses secara alami. Semakin lama dapat berubah menjadi semakin bagus. Dengan berjalannya waktu, batu ini bisa mengalami perubahan warna dari hitam menjadi hijau.

Selain itu, batu bacan jenis doko juga bisa menyerap senyawa yang lain. Misalnya, jika batu ini disandingkan dengan pengikat berwarna emas, lambat laun warna batu akan memiliki bintik-bintik warna emas.

Kelebihan yang lain adalah batu ini memiliki tingkat kekerasan 7,5 skala Mohs. Batu ini bahkan dikatakan lebih keras dari batu giok.

Saat ini, tren batu bacan sudah berlalu. Meski demikian, peminat batu ini masih tetap ada, bahkan dari luar negeri. Terutama dari Taiwan dan Korea.

Kegiatan penambangan juga masih dilakukan meski tidak seramai dulu. Harga batu bacan kualitas standar memang turun drastis. Namun harga batu dengan kualitas super tetap stabil karena jumlahnya yang semakin langka.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

ten − 5 =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.