Bapandung, Seni Teater Khas Masyarakat Banjar Hulu

1608
Bapandung
Abdussukur MH, maestro kesenian Bapandung. (Foto: jejakrekam.com)

1001indonesia.net – Bapandung adalah salah satu seni teater dari Kalimantan Selatan. Kesenian ini tumbuh dan berkembang pada masyarakat suku Banjar Hulu di Kabupaten Barito Kuala.

Bapandung mulai dipertunjukkan oleh seorang petani di Kecamatan Mandastana, Kabupaten Barito Kuala, pada awal tahun 1960-an. Bentuk pertunjukannya berupa monolog, seperti stand up comedy. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Banjar.

Seniman Bapandung disebut pamandungan. Dalam pertunjukan, pamandungan menunjukkan keterampilan bercerita dengan menirukan tingkah laku manusia dan bahkan hewan.

Pamandungan menggunakan tubuhnya sendiri untuk menuturkan sekaligus memainkan kisah yang diceritakan. Bapandung sendiri berasal dari kata pandung yang berarti menirukan tingkah laku.

Jenis cerita yang disampaikan berupa kisah satu malam, dongeng, dan legenda. Cerita yang dibawakan tidak terikat pakem tertentu. Itu sebabnya, pamandungan bebas berkreasi untuk memerankan isi cerita syair atau hikayat yang dituturkan sekaligus dimainkan.

Sewaktu-waktu pamandungan juga dapat memunculkan cerita carangan (syair prosa).

Baca juga: Lamut, Seni Tutur Masyarakat Banjar yang Makin Terpinggirkan

Pada pertunjukan, pamandungan kerap menggunakan kostum berlapis-lapis. Satu kostum untuk satu tokoh. Tidak banyak properti tambahan yang digunakan.

Selama pertunjukan, para penonton dapat berinteraksi dengan pemandungan. Penonton dapat bertanya atau berkomentar langsung kepada pamandungan. Begitu pun sebaliknya.

Pada dasarnya, kesenian teater khas Banjar ini berfungsi sebagai hiburan masyarakat yang mengandung pesan-pesan moral. Umumnya kisah-kisahnya berasal dari cerita humor yang diminati masyarakat Banjar. Dengan humor tersebut, pesan moral yang terkandung dalam cerita lebih mudah diterima oleh penonton.

Seorang seniman yang dikenal aktif menjaga menjaga kelestarian Bapandung adalah Abdussukur MH. Ia dikenal sebagai maestro Bapandung sekaligus pemain Mamanda. Semasa hidupnya, Abdussukur MH dikenal aktif menghidupkan kembali Bapandung yang sudah mulai ditinggalkan masyarakat Banjar.

Namun, kini maestro seni teater khas Banjar itu telah tiada. Kepergian Abdussukur MH pada 6 April 2022 di usia 56 tahun menjadi kehilangan besar bagi masyarakat Banjar dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Kini, seni tetater tradisional khas Banjar ini hampir punah. Selain karena banyaknya kesenian lain, seni teater ini terbilang cukup rumit. Pemainnya yang cuma satu orang harus melakonkan aneka peran.

Beragam upaya pelestarian dan regenerasi sudah dilakukan. Di antaranya dengan program Seniman Masuk sekolah. Selain itu, telah beberapa kali digelar workshop dan lomba Bapandung. Dengan upaya ini diharapkan generasi muda mengenal dan mau mempelajari seni teater ini.

Baca juga: Madihin, Kekayaan Seni Tutur dari Banjarmasin Kalimantan Selatan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

seventeen − sixteen =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.