Banga, Penggunaan Kemiri dalam Permainan Tradisional Anak Manggarai

1997
Permainan banga
Anak-anak menata biji kemiri dalam permainan banga di Kampung Lale, Desa Wewo, Kecamatan Satar Mese, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, Selasa (5/10/2021). Foto: KOMPAS/Priyambodo

1001indonesia.net – Ketika teknologi belum semaju sekarang, anak-anak menggunakan apa saja yang ada di lingkungan mereka untuk bermain, tak terkecuali anak-anak di daerah Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Buah kemiri yang banyak terdapat di daerah tersebut mereka gunakan untuk bermain. Nama permainannya disebut banga.

Seperti yang dilansir tabeite.com, permainan banga biasa dilakukan di halaman rumah warga yang ukurannya lebih luas, bisa juga dilakukan di halaman rumah adat. Orang Manggarai menyebut halaman rumah dengan nama natas. Selain untuk bermain, natas juga berfungsi sebagai untuk menjemur hasil panenan. Termasuk kemiri.

Jumlah peserta dalam permainan banga antara tiga sampai enam orang. Umumnya masing-masing pemain menyiapkan sepuluh sampai dua puluh biji kemiri, sesuai dengan kesepakan.

Baca juga: Kemiri, Tanaman yang Memiliki Beragam Kegunaan

Sebelum memulai permainan, dilakukan persiapan. Salah satu peserta membuat arena berbentuk lingkaran. Bentuk lingkaran itu digaris menggunakan batang kayu di atas tanah datar tak berumput. Kemudian dibuat garis pembatas berjarak sekitar 200 cm di depan lingkaran yang telah dibuat.   

Biji kemiri dari masing-masing pemain kemudian diletakkan di dalam lingkaran, dan diatur serapi mungkin.

Semua pemain berdiri secara berjajar. Masing-masing pemain lalu melempar erang dengan sampai melewati garis pembatas.

Erang merupakan biji kemiri yang disiapkan untuk melempar ke dalam lingkaran yang telah dibuat. Jumlah erang sebanyak dua biji. Biasanya erang diambil dari biji kemiri yang lebih besar dan paling berat.

Pemain yang melempar erang tak melewati garis pembatas akan melempar erang menuju lingkaran dalam kondisi mata tertutup. Sementara pemain yang melewati garis pembatas akan melempar erang dalam kondisi mata terbuka.

Ketika melempar erang ke dalam lingkaranpemain akan  melangkah kaki kanan ke depan sebanyak satu langkah. Tangan kanan diangkat ke atas tepat di samping kepala, lalu diayunkan ke belakang, kemudian diikuti dengan melempar erang ke dalam lingkaran.

Diharapkan, pemain dapat melempar erang tepat sasaran mengenai biji kemiri di dalam lingkaran hingga terlempar keluar. Ia yang mampu melakukannya akan mengambil biji kemiri yang keluar. Jika erang terlempar ke luar lingkaran, pemain akan kembali melempar dari posisi erang berada. Begitu seterusnya. Ia akan digantikan pemain lainnya ketika ia tidak melempar tepat sasaran.

Lain halnya ketika posisi erang yang dilempar tetap berada di dalam lingkaran sementara ada biji kemiri yang mental ke luar lingkanan. Inilah yang disebut sebagai banga. Pemain yang melakukannya didaulat sebagai pemenang dan berhak mengambil semua biji kemiri yang ada di dalam lingkaran.

Selain biji kemari, biji mete juga digunakan untuk permainan banga. Sampai sekarang, permainan tradisional ini masih lestari. Permainan banga masih dimainkan oleh anak-anak di kampung-kampung di Manggarai, terutama yang belum tersentuh permainan modern menggunakan gawai.

Dalam kesederhanaannya, permainan tradisional mendekatkan anak pada alam dan sesamanya. Anak-anak bermain bersama dengan teman-temannya menggunakan alat permainan yang diambil dari alam sekitar.

Baca juga: Mallogo, Permainan Tradisional Masyarakat Bugis-Makassar

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

10 + ten =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.