Aksara Jawa Hanacaraka atau Aksara Carakan Jawa

9324
Aksara Jawa Hanacaraka atau Aksara Carakan Jawa
Papan nama Balaikota Surakarta yang dilengkapi dengan aksara jawa. (Foto: solopos.com)

1001indonesia.net – Aksara Jawa Hanacaraka atau aksara carakan adalah salah satu aksara asli Nusantara, khususnya digunakan oleh masyarakat di daerah Jawa bagian tengah dan timur. Aksara Hanacaraka juga digunakan di daerah Sunda, Madura, Bali, dan Lombok (Sasak), di mana masing-masing daerah memiliki cirinya sendiri.

Meski merupakan aksara Nusantara yang paling populer, keberadaannya juga terancam punah karena secara praktik dalam kehidupan sehari-hari, aksara ini hampir tidak digunakan lagi. Saat ini, aksara yang umum digunakan oleh masyarakat Indonesia adalah aksara Latin dan Arab.

Sejarah Aksara Jawa

Dalam sejarahnya, aksara Jawa Hanacaraka mengalami perkembangan secara dinamis. Menurut para ahli, aksara yang dikembangkan oleh masyarakat Jawa ini bersumber pada aksara Brahmi yang berasal dari India. Aksara Brahmi ini menurunkan aksara Pallawa, aksara yang sangat berperan dalam perkembangan tradisi tulis di Nusantara.

Aksara Pallawa mulai digunakan di Nusantara setidaknya sejak abad ke-4 Masehi. Aksara Pallawa ini menjadi ibu dari hampir semua aksara yang ada di Nusantara, antara lain aksara Hanacaraka,  Surat Batak (Sumatra Utara), Aksara Ulu (Sumatra bagian selatan), Aksara Lontara (Makassar), dan Aksara Baybayin atau Aksara Tagalog (Filipina).

Bersumber dari Aksara Pallawa, masyarakat Hindu-Jawa kemudian mengembangkan aksara Jawa Kuno atau aksara Kawi pada sekitar abad VIII. Aksara Jawa Kuno menggunakan sistem Sanskerta Panini, yaitu mengikuti urutan aksara Kaganga. Digunakan kira-kira sampai abad XVI M. Pada periode ini, belum ada pemisahan aksara Murda seperti yang dikenal sekarang. Dalam susunan abjadnya, terdapat beberapa aksara yang keberadaannya wajib hadir untuk menuliskan kata-kata Jawa Kuno.

Pada masa perkembangan awal Islam di Jawa, pengurutan aksara Jawa menjadi Hanacaraka dilakukan untuk memudahkan penghafalan dan pengingatannya secara kreatif dengan mengaitkannya pada mitos Ajisaka. Dalam periode ini, pengertian aksara Murda masih belum berfungsi layaknya huruf kapital. Aksara murda dipisahkan dari susunan huruf dasar karena merupakan aksara lama yang keberadaannya tetap dipertahankan dan penggunaannya masih sama seperti pada aksara Jawa-Hindu.

Pada masa kolonial, aksara Murda sebagian mulai berubah fungsi layaknya huruf kapital. Pada 1926, di Sriwedari, Surakarta, untuk pertama kalinya aksara Jawa dilokakaryakan dan menghasilkan Wewaton Sriwedari yang memberi landasan dasar bagi pengejaan tulisan.

Pada masa kemerdekaan, aksara Jawa kembali mengalami perkembangan. Setidaknya telah diadakan tiga kali Kongres Bahasa Jawa yang menghasilkan pedoman cara penulisan dengan berbagai penyesuaian agar penggunaannya lebih sesuai dengan kebutuhan.

Ciri Aksara Jawa

Aksara Jawa atau carakan Jawa terdiri atas 20 aksara pokok yang bersifat silabik (bersifat kesukukataan) dengan vokal dasar “a”. Masing-masing aksara memiliki aksara pasangan. Carakan ini memiliki tanda diakritik yang dipakai sebagai pengubah bunyi yang disebut sebagai sandangan.

Aslinya, aksara Hanacaraka ditulis menggantung seperti aksara Hindi. Namun demikian, pada pengajaran sekarang, aksara tersebut ditulis di atas garis.

Aksara Jawa Hanacaraka
Aksara Jawa Hanacaraka

Pelengkap kedua puluh aksara pokok di atas adalah sebagai berikut :

  • Pasangan yang berfungsi menuliskan huruf mati, yaitu untuk menghubungkan suku kata yang tertutup (diakhiri) konsonan dengan suku kata berikutnya.
  • Sandhangan adalah tanda yang dipakai sebagai pengubah bunyi di dalam tulisan Jawa, yaitu wulu (i), suku (u), taling (e), taling tarung (o), pepet (ê), cecak (pengganti aksara sigegan nga), layar (pengganti aksara sigegan ra), pangkon (konsonan mati), pengkal (tanda ganti gugus konsonan ya, misal “kya”, wignyan (pengganti aksara sigegan ha), ceret tanda ganti gugus konsonan re, misal “kre”), dan cakra (tanda ganti gugus konsonan ra, misal “kra”), panjingan wa (tanda ganti gugus konsonan wa, misal “kwa”), panjingan la (tanda ganti gugus konsonan la, misal “kla”).
  • Angka Jawa dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor.
  • Aksara Murda. Aksara Hanacaraka memiliki bentuk Murda yang sering kali digunakan untuk menuliskan kata-kata yang menunjukkan nama gelar, nama diri, nama geografi, nama lembaga pemerintah, dan nama lembaga berbadan hukum. Aksara Murda jumlahnya terbatas (8 aksara), jadi tidak semua aksara yang ada di Hanacaraka memiliki bentuk murdanya. Bentuk Murda juga memiliki bentuk pasangan.
  • Aksara swara berjumlah 7, digunakan untuk menuliskan aksara vokal yang menjadi suku kata.
  • Aksara rekaan (aksara rékan) berjumlah 5, digunakan untuk menuliskan aksara konsonan pada kata-kata asing yang masih dipertahankan bentuk aslinya.
  • Tanda baca (pratandha), seperti tanda awal kalimat, tanda titik, tanda koma, awalan surat, dan lain-lain.
Serat Bharatayudha. (Foto: wikipedia)
Serat Bharatayudha. (Foto: wikipedia)

Peran Aksara Jawa

Tentu fungsi utama dari aksara jawa Hanacaraka adalah fungsi keberaksaraan, berkaitan dengan perekaman ajaran, gagasan, dan buah pikiran dalam dokumen tertulis, seperti prasasti, piagam, naskah/manuskrip, artikel, buku, dan surat.

Selain itu, bagi masyarakat Jawa, aksara ini sarat akan nilai filosofis. Sejak dari cerita/legenda penciptaannya, jumlah dan urutan aksaranya, cara penulisan, dan lain-lain dimuati nilai-nilai filosofis.

Amat disayangkan saat ini semakin sedikit orang yang menguasai aksara Jawa. Memang upaya pelestarian sudah banyak dilakukan seperti dengan memasukkannya dalam kurikulum bahasa daerah di tingkat sekolah dasar, memasukkannya ke dalam Unicode, pengembangan aplikasi bagi pembelajaran aksara jawa, dan lain-lain.

Namun, dalam kehidupan sehari-hari, aksara ini hampir tidak digunakan lagi karena terdesak oleh aksara Latin. Bila ini dibiarkan terus-menerus, bukan tidak mungkin, aksara ini akan menjadi bagian dari kebudayaan yang mati.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

twelve − 7 =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.