Affandi, Jenius Seni Lukis Indonesia

11672
Karya Lukisan Affandi
Karya Lukisan Affandi "Horse Charts" (Sumber: blog-senirupa.tumblr.com)

1001indonesia.net – Apa lagi yang bisa ditulis mengenai Affandi? Dengan karya-karyanya yang merupakan seni tinggi cerlang-cemerlang, dan berbagai pelukis yang menganggap dia sebagai guru, langsung dan tidak langsung, penjelasan tidak cukup untuk merangkum sepak terjangnya semasa hidup.

Untuk memulai, baik kalau kita menilik “Museum Affandi” yang berada di tepian “Kali Gajah Wong” di Yogyakarta, persis di pinggiran kota Jogja. Dengan melihat letak itu saja, kita bisa memasuki relung karya-karyanya. Affandi menjadi fondasi pencapaian seni tinggi dari Indonesia, namun mencerminkan pilihan hidupnya yang sederhana. Makamnya berada di kompleks museum, mencerminkan keinginannya untuk tetap dikelilingi karya dan keluarganya.

Sebetulnya dari mana “jenius” Affandi muncul? Sebagaimana banyak talenta lukis di masa pra dan kemerdekaan baru, ia belajar baik dari orangtuanya yang surveyor pabrik gula, yang berkeliling ke berbagai tempat. Empatinya yang tajam bertemu dengan karya-karya lukis yang sempat bertemu dengannya, terutama melalui pameran Gauguin dan Picasso di Batavia.

Affandi juga tertarik dengan wayang yang memberinya cita rasa baur warna. Dengan situasi Indonesia pada 40-an, dia ke sana kemari dan kemudian melukis poster. Sisa catnya dipakai untuk menuangkan geliat hatinya untuk melukis.

Muncul dari proses kreatif seperti ini adalah ketertarikannya untuk melukis figur-figur ekspresif, yang dianggap memunculkan kemanusiaan. Gaya melukis yang dikenal kemudian amat mencerminkan pencariannya terhadap ekspresi ini—meski, Affandi juga belajar dengan gaya realis. Ketika menemukan proses melukis dengan “memencet” tube cat, gaya ekspresif dalam proses kreatifnya semakin mencolok.

Seperti apa itu ekspressionisme? Biasanya gaya ini disematkan pada proses melukis dengan tidak berpaku kaku pada skala natural, melainkan dengan membaur berbagai penafsiran kreatif terhadap warna, skala, dan tentu ekspresi. Edvard Much (Scream, 1893) dianggap memberi pengaruh yang melintasi zaman. Tapi, Affandi tidak pernah merasa membutuhkan penjelasan mengenai aliran-aliran dalam lukisan.

Pada saat yang sama, Affandi adalah anak zaman. Dia aktif di berbagai asosiasi. Di tahun 1930-an, ia berasosiasi dalam Kelompok Lima Bandung—bersama Hendra Gunawan, Barli, Sudarso, dan Wahdi. Pada 1948, di Jakarta, dia bergabung dengan Gabungan Pelukis Indonesia.

Dia juga aktif membuat poster kemerdekaan, yang kemudian disalin oleh beberapa orang lain dan disebarkan sebagai penyemangat perjuangan kemerdekaan, selepas proklamasi kemerdekaan 1945. Lukisan itu sendiri hasil inspirasi dari ragam tokoh, menggambarkan bagaimana energi kemerdekaan adalah energi lintas dunia. Inspirasi tangan dengan rantai lepas, kata-kata poster dari Chairil Anwar.

Drinking Tuak (Sumber: blog-senirupa.tumblr.com)
Drinking Tuak (Sumber: blog-senirupa.tumblr.com)

Dengan pencapaian seni tinggi ini, ia berkarya bukan hanya di kota-kota di Indonesia, melainkan juga di India, London, Amsterdam, Brussels, Paris, Roma, Brasil, dan Venezuela. Lintasan proses kreatif ini menunjukkan “jenius” Affandi.

Mata awam dan mata maestro dapat mengenal apa yang hendak disampaikan oleh Affandi, dan dengan goresan yang juga menawan.

Pada akhirnya, kita akan kembali ke Museum Affandi, tempat yang sudah didiami sejak 1945, di mana ketertarikannya pada ekspresi manusia membawanya pada goresan-goresan yang hanya ia sendiri yang bisa menciptakan. Tempat ini pula yang menjadi sanubari di mana Affandi melukis dengan kepribadiannya yang sederhana, tanpa pawai, tanpa kata-kata indah.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

twenty − 7 =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.