1001indonesia.net – Tak heran jika Magelang dijuluki “bumi seribu candi.” Di kawasan ini banyak sekali dijumpai candi, terutama candi peninggalan kerajaan Mataram Kuno. Selain Candi Borobudur yang sudah mendunia, masih banyak candi-candi lain yang bertebaran di Magelang. Salah satunya adalah Candi Asu Sengi yang menjadi bagian dari Kompleks Candi Sengi.
Candi Asu Sengi merupakan peninggalan Mataram Kuno dari Wangsa Sanjaya (Mataram Hindu). Candi ini berada di lereng Gunung Merapi sebelah barat, di dekat pertemuan Sungai Pabelan dan Sungai Telingsing. Letaknya kira-kira 10 km di sebelah timur laut dari Candi Ngawen.
Posisi Candi Asu ini tidak jauh dari Jalur SSB (Solo-Selo-Borobudur), yang merupakan jalur alternatif dari Kota Solo ke Magelang melalui kawasan Taman Nasional Gunung Merapi. Secara administratif, Candi Asu Sengi terletak di Dusun Candi Pos, Desa Sengi, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, sekitar 25 Km dari Candi Borobudur ke arah timur laut.
Peninggalan kuno ini dinamakan Candi Asu karena sewaktu pertama kali ditemukan, ada sebuah arca Lembu Nandhi yang wujudnya telah rusak sehingga lebih mirip menyerupai asu (anjing dalam bahasa Jawa. Ada juga yang mengatakan, dinamakan Candi Asu karena karena dahulu di dekat candi tersebut terdapat banyak anjing.
Sementara Sengi merupakan nama desa di mana candi tersebut berada, maka warga menyebutnya dengan Candi Asu Sengi.
Merujuk pada beberapa prasasti berbentuk tugu yang ditemukan di candi tersebut, yakni Prasasti Sri Manggala I (874 M) dan Sri Manggala II (876 M), diperkirakan candi ini dibangun sekitar tahun 869 M pada masa pemerintahan Rakai Kayuwangi dari Wangsa Sanjaya.
Dalam prasasti-prasasti tersebut juga disebutkan bahwa Candi Asu Sengi merupakan tempat suci untuk melakukan pemujaan, baik kepada arwah leluhur, arwah raja-raja, serta para dewa.
Candi Asu Sengi menghadap ke arah barat, berdenah bujur sangkar dengan ukuran 7,94 x 7,94 meter. Tinggi kaki candi 2,5 meter, tinggi tubuh candi 3,35 meter.
Atap candi saat ini sudah tidak ada. Diperkirakan atap candi berbentuk kubah karena banyak ditemukan banyak reruntuhan yang menyerupai kubah. Di bagian dalam candi terdapat sebuah sumur dengan kedalaman 3 meter berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 1,3 x 1,3 meter.
Terdapat mitos di kalangan masyarakat bahwa Candi Asu Sengi adalah bentuk simbolis dari Dewindani yang dikutuk oleh dewa. Meski Dewindani merupakan seorang putri raja, ia tidak mampu mengendalikan gairah seksualnya yang membara.
Meski sudah menikah, Dewindani kerap berhubungan dengan pria lain. Karena perilakunya yang dianggap seperti binatang ini, Dewindani dikutuk oleh para dewa menjadi seekor lembu dengan muka menyerupai asu (anjing).
Menurut mitos ini, Candi Asu Sengi dibangun untuk memberikan pengajaran kepada manusia agar tidak terjebak oleh jeratan seks bebas.
Baca juga: Candi Pendem, Wisata Bangunan Bersejarah di Magelang