1001indonesia.net – Tak hanya memiliki mandau yang digunakan untuk menyerang, orang Dayak juga memiliki perisai untuk melindungi diri yang disebut talawang. Tak seperti perisai pada umumnya, talawang memiliki ukiran yang indah dan dipercaya memiliki kekuatan magis.
Talawang terbuat dari kayu ulin, ada juga yang terbuat dari kayu liat. Jenis kayu itu dipilih karena ringan, sangat kuat, dan mampu bertahan hingga ratusan tahun.
Bentuknya persegi panjang, runcing pada bagian atas dan bawah. Panjangnya sekitar 1-2 meter dengan lebar maksimal 50 sentimeter. Sisi luarnya dihias dengan ukiran yang mencirikan kebudayaan Dayak, sementara bagian dalamnya diberi pegangan.
Konon, ukiran pada tameng yang digunakan suku Dayak memiliki daya magis yang mampu membangkitkan semangat hingga menjadikan kuat orang yang menyandangnya.
Ukiran perisai ini pada umumnya bermotifkan burung enggang yang dianggap suci oleh Suku Dayak. Selain burung enggang, umum juga menggunakan motif naga (jata). Kedua motif tersebut bermakna perlindungan diri sekaligus menumbuhkan keberanian dan tekad keras memperjuangkan cita-cita.
Selain burung enggang, motif lain yang sering digunakan adalah ukiran kamang yang merupakan perwujudan dari roh leluhur Suku Dayak. Motif kamang digambarkan dengan seseorang yang sedang duduk menggunakan cawat dan wajahnya berwarna merah.
Walaupun setiap sub-Suku Dayak mengenal senjata mandau dan talawang, tetapi penggunaan warna dan motif ukiran pada perisai ini berbeda-beda.
Ukiran pada tameng suku Dayak ini ada dua jenis, laki-laki dan perempuan.
Tameng laki-laki digambarkan dengan motif gergasi atau raksasa yang bersifat tenang, kuat, dengan raut wajah menakutkan serta mata merah menyala dan dilengkapi taring runcing.
Gambar ini didominasi oleh warna merah darah yang dulunya dihasilkan dari darah musuh dicampur dengan warna buah rotan.
Motif semacam itu dipercaya dapat mempengaruhi orang agar semangatnya memudar dan merasakan ketakutan yang teramat sangat sebelum memulai perang. Hebatnya lagi sensasi ini akan muncul hanya dengan memandang motifnya saja.
Pada tameng bermotif perempuan sama-sama digambar sosok gergasi, namun dibuat sedemikian rupa sampai mencitrakan unsur kelembutan, keramahan, serta persahabatan. Untuk motif ini, dominasi warna yang digunakan adalah warna-warna cerah seperti putih dan kuning yang dulunya diramu dari kunyit serta kapur sirih.
Dengan warna dan penggambaran gergasi yang penuh kelembutan tadi, tameng ini akan membuat siapa saja yang melihatnya muncul rasa iba dan kasihan sehingga nantinya tidak tega untuk menyakitinya.
Seiring berjalannya waktu, fungsi talawang mengalami pergeseran. Jika dulu perisai ini digunakan sebagai pertahanan dalam berperang, kini perisai ini lebih berfungsi sebagai benda pajangan yang bernilai estetis sekaligus ekonomis.
Satu buah talawang bermotif indah bisa dihargai ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Harga tersebut sebanding dengan keindahan motif yang ditawarkan para pembuatnya.
Selain itu, bersama dengan mandau, talawang juga masih digunakan sebagai properti dalam pertunjukan tari Suku Dayak, seperti tari mandau dan tari pepatay.