1001indonesia.net – Masyarakat Indonesia patut berbangga dengan hadirnya Patung Garuda Wisnu Kencana (GKW). Patung setinggi 121 meter tersebut merupakan sebuah mahakarya hasil seniman Indonesia. Tingginya yang menjulang bahkan mengalahkan patung Liberty di Amerika Serikat.
Patung GKW berwujud Dewa Wisnu yang sedang menaiki burung garuda. Baik Dewa Wisnu maupun burung garuda merupakan simbol agung yang sangat dihormati masyarakat Hindu Bali.
Butuh waktu 28 tahun untuk menyelesaikan patung yang menjadi ikon sekaligus kebanggaan masyarakat Pulau Dewata ini. Terhitung pembangunan GKW telah melalui enam masa kepresidenan Indonesia, dari masa Presiden Soeharto hingga masa Presiden Joko Widodo. Saat ini, patung GKW berdiri megah di atas lahan seluas 60 hektare di Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali
Gagasan membangun GWK muncul tahun 1989. Saat itu, Nyoman Nuarta bertemu dengan dua menteri di zaman pemerintahan Presiden Soeharto, yaitu Joop Ave dan IB Sujana, serta Gubernur Bali, Ida Bagus Oka. Mereka berencana untuk membuat landmark budaya dan pariwisata Bali. Rencana tersebut kemudian disetujui oleh Presiden Soeharto pada 1990.
Kendala
Namun, seperti yang dilansir Kompas, pembangunan patung Garuda Wisnu Kencana tidaklah berjalan mulus. Sejak awal, banyak kendala menghadang. Salah satunya adalah adanya Peraturan Daerah Tata Ruang di Bali yang menetapkan tinggi bangunan tidak boleh melebihi tinggi pohon kelapa (15 meter).
Ada juga yang menuding bahwa pembangunan patung besar dan tinggi menjulang itu memperlihatkan ketidakpekaan terhadap kemiskinan. Memang tak dapat disangkal, biaya pembangunan patung tersebut tidak sedikit. Sebagian masyarakat berpendapat, alih-alih digunakan untuk membuat patung, bukankah uangnya lebih baik digunakan untuk menanggulangi kemiskinan yang masih mendera sebagian masyarakat Indonesia.
Tantangan lainnya adalah adanya kekhawatirkan bila ada masyarakat yang akan mendewakan patung Garuda dan Wisnu itu. Garuda dan Wisnu memang simbol agung dalam ajaran agama Hindu.
Garuda merupakan tunggangan Wisnu. Sementara Wisnu merupakan salah satu dari tiga dewa utama (Trimurti) dalam agama Hindu. Wisnu merupakan dewa pelindung dan pemelihara alam semesta.
Di samping itu, burung garuda juga menjadi bagian penting dalam ekspresi kesenian di Bali, baik dalam kesenian tradisi maupun modern. Garuda kerap muncul, baik dalam seni lukis, seni patung, maupun bidang seni lainnya. Garuda merupakan simbol kejayaan.
Garuda bahkan tak hanya penting bagi masyarakat Hindu Bali semata, tapi juga bagi seluruh masyarakat Indonesia. Sebab, burung garuda dengan perisai Pancasila merupakan lambang Indonesia.
Baca juga: Mohammad Yamin dan Imaji Kebangsaan Indonesia
Kendala lainnya adalah letak patung GKW yang berada di bagian selatan. Masyarakat Hindu Bali percaya bahwa patung Wisnu seharusnya berada di utara. Sebagai solusi, dibangunlah patung Brahma di sisi selatan. Dengan demikian, posisi patung Wisnu saat ini berada di sebelah utara.
Proses pembangunan
Peletakan batu pertama GKW dilaksanakan pada Minggu (8/6/1997) oleh Menteri Pertambangan dan Energi IB Sudjana, didampingi Joop Ave sebagai Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi. Pada waktu itu, diperkirakan biaya yang dibutuhkan mencapai Rp 81 miliar untuk fisik patung, dan Rp 60 miliar untuk pembebasan lahan seluas 200 hektare.
Targetnya, pembangunan kawasan GWK akan selesai dalam waktu 3-5 tahun. Namun, target itu meleset tidak hanya 1–2 tahun, tetapi sampai puluhan tahun. Sebab utamanya adalah krisis moneter yang menimpa Indonesia pada 1998, tak lama setelah peletakan batu pertama.
Deraan krisis ekonomi dan kurangnya dana bahkan memaksa Nyoman Nuarta untuk menjual 80 persen kepemilikan modalnya. Namun, ketika krisis perlahan berakhir, proyek pembuatan GWK tak juga dimulai. Akibatnya, harga lahan terus melambung tinggi. Ini membuat dana yang dibutuhkan untuk menyelesaikan megaproyek GKW jauh di atas perhitungan awal.
Di tengah upaya untuk terus membangun GWK, tiba-tiba Bali dihantam peristiwa peledakan bom, 12 Oktober 2002. Sejumlah calon investor pun ikut hengkang. Namun, mimpi untuk menyelesaikan pembangunan Garuda Wisnu Kencana tidak pernah terhenti.
Baca juga: Bom Bali dan Respons Orang Bali terhadap Aksi Terorisme
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sempat mengungkapkan janjinya untuk membantu pembangunan GWK. Presiden bahkan berharap megaproyek itu akan selesai sehingga dapat diresmikan saat peringatan Seabad Hari Kebangkitan Nasional, 28 Mei 2008. Namun, hingga masa jabatan Presiden Yudhoyono berakhir, GWK tak juga selesai dibangun.
Pada 2012, saham GWK kemudian diakuisisi oleh PT Alam Sutera Realty Tbk. Pemindahtanganan saham dilakukan supaya GWK dapat terselesaikan. Selain doa dan semangat, megaproyek sebesar GWK jelas butuh dukungan dana.
Setelah mendapat suntikan dana, GKW mulai dibangun secara resmi pada 2013. Proses pembangunan akhirnya selesai juga pada Agustus 2018. Pada 4 Agustus 2018, acara syukuran bertajuk Swadharma Ning Pertiwi digelar untuk merayakan selesainya pembuatan Patung Garuda Wisnu Kencana.
Material dan warna
Bahan baku atau material pembangunan permukaan patung Garuda Wisnu Kencana menggunakan logam tembaga. Total keseluruhan tembaga yang digunakan seluas 25.000 meter persegi.
Selain tembaga, permukaan patung juga dilapisi dengan kuningan. Sementara struktur patung dibangun dengan menggunakan bahan stainless steel. Dengan demikian, patung akan memiliki daya tahan terhadap bencana gempa.
Patung ini menghabiskan total campuran tembaga dan baja seberat 4.000 ton. GKW menjadi patung tembaga terbesar di dunia yang dikerjakan dengan hanya dengan teknik pengelasan dan peralatan sederhana.
Sementara warna kehijau-hijauan pada patung GKW tidak didapat dari cat khusus. Warna tersebut muncul dari proses oksida karbonat tembaga yang disebut patina. Bahan patung diproses menggunakan cairan asam yang akhirnya membentuk warna tembaga menjadi mirip seperti warna batu atau candi.
Proses tersebut dilakukan di Bali. Ini karena tanah di wilayah tersebut merupakan tanah kapur sehingga mampu menetralisir bahan kimia yang digunakan sehingga tidak mencemari lingkungan.
Umumnya jika proses patina dilakukan secara alami di luar ruangan, maka membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menghasilkan warna hijau, yakni sekitar 10 hingga 15 tahun.
Meski proses kimianya sama namun jika cuaca berbeda maka akan menghasikan warna yang berbeda pula. Hal itu malah menambah nilai plus dari warna tersebut, jika dibanding dengan menggunakan cat.
Tidak seperti cat, warna dari patina malah memberikan keunikan tersendiri. Kandungan asam dari polusi air laut dan sebagainya, jika berbenturan dengan tembaga, juga akan membentuk warna kehijau-hijauan.
Teknologi
Pembuatan patung ini menggunakan teknik pembesaran skala dan pola segmentasi. Teknik ini yang telah dipatenkan pada 1993 ini lebih menguntungkan karena dapat memperhitungkan efisiensi bahan serta biaya.
Dengan teknik ini, Nuarta membuat modul secara melintang dan dipasang layaknya puzzle. Patung GWK sendiri terdiri dari 23 segmen yang ditumpuk. Setiap segmen melingkar memiliki ketinggian 3 meter.
Patung GKW terdiri atas 754 keping modul berukuran 3 x 4 meter. Modul ini dapat berupa ukiran dengan berbagai bentuk. Tiap-tiap modul dibangun dari 1.500 keping.
Sebelum membangun patung, Nuarta membuat model miniatur tiga dimensional yang mencakup setiap detail patung. Dengan teknik pembesaran skala ini, dia mampu mengubah miniatur patung berukuran 3 meter menjadi patung besar dengan tinggi 75 meter.
Dengan teknologi pembangunan ini, GWK mampu bertahan hingga 100 tahun.
Tinggi menjulang
Tinggi Patung Garuda Wisnu Kencana 121 meter, melebihi tinggi patung Liberty (93 meter). Dengan ketinggian tersebut, patung GWK akan terlihat dari Pantai Kuta Sanur, Nusa Dua hingga Tanah Lot.
Patung yang menyimbolkan misi penyelamatan lingkungan ini terletak di kawasan Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana, sebuah taman wisata di Jimbaran, Kabupaten Badung, Bali. Area ini berada di ketinggian 263 meter di atas permukaan laut. Selain patung GKW, di taman tersebut terdapat area terbuka seluas 4.000 meter persegi yang disebut Lotus Pond.
Patung yang mencerminkan kesungguhan hati penggagasnya serta dibuat atas kerja sama 120 seniman, pekerja, dan penyokong dana dari lintas agama ini merupakan perwujudan semangat kebersamaan bangsa Indonesia. Kehadirannya diharapkan mampu menghidupkan kembali kebanggaan bangsa Indonesia atas keluhuran dan keindahan budayanya.
*) Diolah dari berbagai sumber.