Bakar Batu, Tradisi Unik dari Papua

7819
Tradisi Bakar Batu Papua
Foto: ublik.id

1001indonesia.net – Bakar batu merupakan salah satu cara memasak orang Papua. Namun, proses pembakarannya tidak dilakukan dengan cara meletakkan bahan makanan di atas api. Pembakaran dilakukan dalam galian tanah yang kemudian ditutup dengan batu yang telah dipanaskan.

Dari sekadar cara mengolah makanan, Bakar Batu kemudian berkembang menjadi upacara adat untuk menjalin rasa kebersamaan dan mengungkapkan rasa syukur. Dalam tradisi Bakar Batu, masyarakat satu kampung memasak daging babi bersama-sama. Sesuai namanya, proses pemasakan dilakukan menggunakan batu yang telah dibakar hingga membara.

Upacara Bakar Batu dilakukan untuk mengumpulkan masyarakat, khususnya dalam satu suku ketika ada acara adat. Upacara ini juga dilakukan untuk menyambut tamu dari luar suku, serta sebagai bukti perdamaian setelah terjadi perang antarsuku.

Konon, tradisi Bakar Batu berawal di pedalaman Lembah Baliem. Tradisi ini kemudian menyebar ke suku-suku lain di Papua. Masing-masing tempat memiliki nama yang berbeda untuk tradisi ini, antara lain Gapiia (Paniai), Kit Oba Isogoa (Wamena), dan Barapen (Jayawijaya).

Batu yang digunakan untuk upacara ini diambil dari kali. Tekstur batu harus keras atau tidak mudah hancur. Batu yang sudah dibersihkan kemudian ditumpuk dengan kayu lalu dibakar selama kira-kira 2 jam.

Api untuk membakar batu ini pun didapatkan dengan cara yang sangat tradisional. Alih-alih menggunakan korek, untuk membuat api, mereka masih menggunakan ranting yang digesekkan dengan bilah bambu.

Sembari menunggu batu dipanasi, masyarakat menyiapkan daging babi dan sayuran serta membuat lubang. Pembagian tugas dilakukan. Para laki-laki menyiapkan daging babi dan membuat lubang. Sementara para wanita memotong-motong sayuran dan menyiapkan rerumputan/ilalang untuk proses Bakar Batu.

Setelah persiapan selesai, batu panas dimasukkan ke dalam lubang menggunakan kayu atau bambu yang dibentuk seperti penjepit. Batu panas yang berwarna kehitaman dan berasap itu dibawa satu persatu.

Daging babi beralaskan dan bertutupkan daun pisang ditaruh di atasnya. Kemudian di atasnya ditaruh batu panas. Di atasnya, dengan alas dan tutup daun pisang juga, masyarakat menaruh ubi jalar, singkong, dan sayuran, lalu ditutup batu panas. Pada bagian paling atas, masyarakat menutupnya dengan daun pisang dan rerumputan/ilalang.

Proses daging babi matang memakan waktu beberapa jam. Setelah matang, daging babi dipotong-potong dan dibagi rata kepada setiap orang yang hadir dalam ritual Bakar Batu tersebut.

Dalam upacara Bakar Batu sangat terasa sekali suasana kebersamaan dan keadilan. Masyarakat bergotong royong mengerjakannya. Hasilnya masakannya, mereka bagi rata pada setiap orang yang hadir dalam upacara tersebut.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

5 × 3 =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.