Pecel Pitik, Menu Tradisonal nan Sakral Suku Using Banyuwangi

2237
Pecel Pitik Banyuwangi
Foto: langsungenak.com

1001indonesia.net – Pecel pitik merupakan salah satu makanan khas Suku Using di Banyuwangi, Jawa Timur. Sesuai sebutannya, makanan tradisional nan sakral ini berbahan pitik (ayam kampung) yang disuwir-suwir, lalu dicampur dengan kelapa muda parut dengan bumbu rempah.

Seperti dilansir Kompas (15/04/2017), chef Juna Rorimpandey, yang dikenal sebagai salah satu juri ajang pencarian bakat memasak Master Chef Indonesia, mengungkapkan betapa komplet dan istimewanya olahan ayam khas Banyuwangi ini. Saat olahan ayam lain hanya berbumbu rempah atau berbahan kelapa, pecel pitik menggabungkan keduanya.

Pecel pitik berbahan utama ayam kampung yang masih muda. Ayam yang sudah disembelih dan dibersihkan dipanggang secara utuh di perapian. Pada proses pemanggangan, nyala api perlu diperhatikan agar ayam matang secara merata dan tidak gosong. Memanggang secara tradisional memang perlu kesabaran dan keahlian.

Bumbu yang digunakan antara lain kemiri, cabai rawit, terasi, daun jeruk, dan gula. Setelah dihaluskan, bumbu dicampur dengan parutan kelapa muda. Penyajiannya, ayam yang telah dipanggang lantas disuwir kemudian dicampur dengan parutan kelapa muda yang telah dibumbui. Untuk lebih nikmat, bisa dicampur dengan air kelapa.

Bagi masyarakat Suku Using Banyuwangi, pecel pitik merupakan makanan yang sangat terkait dengan upacara adat atau selamatan. Dulu, menu sakral ini hanya disajikan saat ada acara ritual adat, seperti upacara adat barong ider bumi. Pecel pitik merupakan akronim dari diucel-ucel perkara kang apik, yang kurang lebih berarti dilumuri dengan berbagai perkara yang baik.

Sebab itu, memasaknya tidak boleh sembarangan. Misalnya, untuk menyuwir dan memisahkan daging ayam dari tulangnya harus dilakukan dengan tangan, tidak boleh menggunakan pisau.

Memasak pecel pitik pun dilakukan dengan sikap tanpa banyak bicara dan memperbanyak doa. Ada banyak doa saat memasak pecel pitik, baik itu untuk keluarga, untuk masyarakat desa, maupun untuk lingkup yang lebih luas. Di masa silam, perempuan yang memasak harus dalam keadaan bersih, tidak boleh waktu menstruasi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

fourteen − four =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.