Data Buku
- Judul: Menjadi Indonesia
- Penulis: Nurcholish Madjid
- Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
- Tahun: 2004
1001indonesia.net – Indonesia Kita merangkum pandangan Cak Nur—panggilan akrab Nurcholish Madjid—tentang keindonesiaan. Indonesia sebagai negara yang dibangun di atas keanekaragaman budaya, suku, dan agama bisa dikatakan sukses dalam membangun kebersamaan dan persaudaraan dalam ikatan kebangsaan. Sikap nasionalisme ini pula yang membuat kita yang beraneka ragam ini mau bersatu (Sumpah Pemuda 1928), melepaskan diri dari penjajahan bangsa asing, dan memproklamasikan diri sebagai bangsa yang merdeka.
Namun, nasionalisme Indonesia bukannya tanpa tantangan. Keterpurukan negeri ini yang disebabkan berbagai masalah membuat kita pesimis, mau jadi seperti apakah bangsa ini di masa depan. Kesenjangan antara yang kaya dan miskin, buruknya kualitas pendidikan, sikap arogan dan serakah para elite penguasa, dan kekerasan yang dilakukan kelompok-kelompok masyarakat yang mengatasnamakan golongan tertentu membuat semangat kebersamaan dan persaudaraan kian memudar.
Padahal untuk menjadi bangsa yang besar, kita memerlukan semua kekuatan dari berbagai elemen untuk bersatu padu dan bekerja sama. Atau dalam ungkapan Bung Karno: samen bundeling van alle krachten van de natie, pengikatan bersama seluruh kekuatan bangsa (Indonesia Kita, 2).
Saat ini, jangankan bersatu padu, hidup berdampingan secara damai dalam masyarakat yang plural saja sulit. Jangankan bekerja sama, hak-hak dasar kelompok lain yang jelas-jelas dilindungi konstitusi saja sering dilanggar. Sekarang, setiap hari kita disuguhi berita berbagai perilaku barbar yang dilakukan kelompok atau institusi tertentu dengan dalih kepentingan bersama. Sebuah dalih kebenaran yang sulit untuk diterima akal sehat.
Sayangnya, karena perilaku tersebut sangat sering terjadi maka masyarakat umum menganggapnya sebagai sebuah kewajaran bahkan menjadi suatu keharusan. Dan, apa yang tadinya tidak bisa diterima akal sehat menjadi satu-satunya hal yang bisa diterima akal. Jadilah kekerasan dan kebodohan “membudaya” di negeri kita.
Dalam hal ini, Indonesia Kita merupakan respons yang diberikan Cak Nur sebagai cendekiawan Muslim terhadap proses demokrasi bangsa ini yang tidak semakin membaik. Banyak tantangan dan hambatan yang dihadapi bangsa ini dalam berdemokrasi. Jiwa kerdil yang hanya mementingkan diri sendiri dan kelompoknya masih dominan di bangsa ini, baik di tingkat elite maupun kalangan bawah. Alhasil, terdapat kesenjangan yang demikian jauh antara apa yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa dengan kenyataan yang ada saat ini.
Apa yang dicoba lakukan dengan wacana ini adalah suatu rintisan, dengan harapan bahwa siapa pun yang memberikan keprihatinan yang sama, khususnya dari kalangan generasi penerus, akan mengembangkan dan memperbaikinya, dan melaksanakannya dengan memberi teladan sebaik-baiknya untuk warga masyarakat.
Berangkat dari permenungannya terhadap apa yang dialami bangsa ini, Cak Nur menggali akar historis bangsa Indonesia, mulai dari nasionalisme klasik di Nusantara hingga situasi saat ini. Berangkat dari perkembangan sejarah tersebut, Cak Nur menyimpulkan bahwa proses menjadi bangsa Indonesia bersifat dinamis.
Untuk itu, usaha untuk merumuskan kembali makna menjadi bangsa Indonesia selalu relevan. Kita perlu untuk menelaah ulang hakikat bangsa dan negara kita ini, terlebih saat bangsa ini dihadapi pada persoalan langkanya rasa kebersamaan seperti yang kita alami saat ini. Dengan proses ini, diharapkan bangsa ini dapat menemukan dan meneguhkan kembali ikatan batinnya sehingga terjadi penyatuan seluruh kekuatan yang dimilikinya.
Buku ini ditutup dengan tawaran solusi untuk kehidupan bangsa yang lebih baik yang tertuang dalam sepuluh butir platform membangun kembali Indonesia. Diharapkan butir-butir platform tersebut menjadi modal bagi kalangan muda yang menjadi pemimpin di kemudian hari untuk Indonesia lebih baik.