1001indonesia.net – Maduaro merupakan selendang penutup kepala dari kain sulam digunakan masyarakat Menggala di Kabupaten Tulang Bawang, Lampung. Kain ini awalnya dibawa oleh orang Menggala saat pulang dari ibadah haji di Mekkah pada abad ke-18.
Para pedagang Gujarat India juga menjual kain sejenis kepada masyarakat Menggala. Karena hal itu, motif-motif kain maduaro umumnya dipengaruhi motif dari India.
Kain maduaro merupakan jenis kain berbahan serat nanas atau sutera yang disulam dengan menggunakan benang kawat perak tipis. Kain ini berbentuk selendang dan biasa dijadikan sebagai penutup kepala. Dulu, kain ini hanya dipakai oleh kaum perempuan bangsawan.
Selain sebagai tutup kepala, kain ini juga digunakan sebagai kawai rajo (pakaian kebesaran para penyimbang) pada upacara adat. Saat ini, motif maduaro sudah dibuat pada baju gamis, kopiah, baju koko, dan kaligrafi.
Para wanita Menggala membuat kain sebagai sesan untuk dibawa pada saat pernikahan mereka, salah satunya adalah kain maduaro yang dibuat dari benang selingkang yang didatangkan dari India.
Kegiatan menyulam kain Maduaro menjadi kebiasaan para gadis di daerah Menggala untuk mempersiapkan sebagai sesan. Dalam perkembangannya kain Maduaro mulai dibawa keluar oleh orang Menggala untuk membina para gadis dalam mengembangkan kerajinan menyulam di Way Lima dan Talang Padang.
Baca juga: Kain Tapis Kapal, Jejak Budaya Maritim pada Kain Lampung