Kain Besurek, Keindahan Kain Bermotifkan Kaligrafi

638
Kain Besurek
Galeri Kain Batik Besurek di pusat Kota Bengkulu. (Foto: Tempo.co)

1001indonesia.net – Kain Basurek atau Kain Batik Besurek merupakan kain bercorak kaligrafi yang menjadi penanda akulturasi antara budaya Nusantara dan Arab di daerah Bengkulu. Hingga kini, Kain Besurek berkembang pesat hingga mendapat perhatian dari Pemerintah Daerah Bengkulu dan masyarakat.

Perkembangan Kain Besurek diperkirakan bermula saat Sentot Ali Basya beserta keluarga dan pengikutnya diasingkan ke daerah Bengkulu. Sebab, awalnya perajin dan pemakai kain ini sebagian besar berasal dari keturunan Sentot Ali Basya.

Namun, ada pendapat lain yang mengungkapkan kain ini sudah ada sejak abad ke-16, bersamaan dengan masuknya Islam ke wilayah Bengkulu. Konon, Batik Besurek diperkenalkan para pedagang Arab dan pekerja asal India.

Secara etimologis nama Besurek berasal dari kata dasar surek yang berarti surat atau tulisan. Memang yang menjadi ciri khas Kain Besurek adalah motifnya yang berupa kaligrafi Arab. Motif kaligrafi tersebut dibuat dengan cara membatik. Ada tujuh jenis motif dasar, yaitu:

  • Motif kaligrafi Arab, dipakai oleh pembantu raja penghulu dan pengapit pengantin dalam ritual adat pernikahan sebagai destar atau penutup kepala. Umumnya motif jenis ini berwarna biru.
  • Motif rembulan dan kaligrafi Arab, dikenakan oleh calon pengantin perempuan dalam salah satu rangkaian ritus adat pernikahan, yaitu acara siraman. Motif ini identik dengan warna merah.
  • Motif kaligrafi Arab kembang melati, digunakan untuk ritual adat cukur bayi dengan warna dominan merah manggis.
  • Motif kaligrafi Arab burung kuau, dipakai oleh calon pengantin putri saat ziarah kubur pada rangkaian upacara perkawinan. Motif ini didominasi oleh warna merah.
  • Motif pohon hayat burung kuau kaligrafi Arab, digunakan pada hiasan yang disampirkan dalam bilik pengantin. Motif ini didominasi oleh warna biru.
  • Motif kaligrafi Arab kembang cengkih kembang cempaka, dipakai dalam rangkaian ritual adat bedabung, yaitu upacara mengikir gigi. Motif ini didominasi oleh warna merah kecokelat-cokelatan.
  • Motif kaligrafi Arab relung paku burung punai, didominasi warna merah. Motif ini dipakai sebagai hiasan pembalut ayunan cukur bayi.

Kain bermotif kaligrafi ini awalnya hanya digunakan terbatas untuk upacara-upacara adat, seperti pada upacara pernikahan adat Bengkulu. Seiring waktu, motif dan penggunaannya berkembang. Saat ini, Batik Besurek juga digunakan untuk berbagai keperluan lain, seperti untuk acara resmi kedinasan, busana muslim, dan pakaian harian.

Dahulu kala di beberapa kain, terutama untuk upacara adat, kain ini bertuliskan huruf Arab yang bisa dibaca. Tetapi, untuk sekarang ini sebagian besar hanya berupa hiasan mirip huruf Arab.

Selain itu, kain ini juga tak lagi hanya digunakan sebagai bahan pakaian, tetapi juga untuk dompet, dasi, tas, kopiah, aksesoris tempat perhiasan, tempat tisu, dan cenderamata. Desain motifnya telah dipadukan dengan motif flora, fauna, ornamen ukiran rumah tradisional, huruf kaganga, dan lain sebagainya.

Menurut Selfa Nur Insani (2018), kerajinan Kain Besurek Bengkulu sempat mengalami masa kevakuman selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Sampai akhirnya sekitar tahun 1980-an, Gubernur Bengkulu, Suprapto, menggalakkan kembali seni kerajinan Kain Besurek dengan membangkitkan kembali motif-motif lama.

Salah satu langkah yang ditempuh Gubernur Suprapto dalam menggalakkan seni kerajinan Kain Besurek di Bengkulu adalah dengan mewajibkan para pegawai negeri sipil (PNS) untuk mengenakan pakaian dari kain Besurek pada hari-hari kerja tertentu.

Langkah yang ditempuh Gubernur Suprapto itu ternyata mampu mendorong bangkitnya kembali industri kerajinan kain Besurek di Bengkulu. Bahkan, kalangan pelaku industri kerajinan kain Besurek pun mulai terangsang kembali untuk mengembangkan motif-motif baru.

Saat ini, Kain Besurek hasil dari mesin printing dengan aneka bahan dan motif serta harga yang lebih murah membanjiri pasaran. Meski demikian, masih ada perajin yang mempertahankan tradisi, membuat Kain Besurek dengan metode batik tulis menggunakan peralatan sederhana. Kain ini telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia dari Provinsi Bengkulu pada 2015.

Baca juga: Tenun Songket Siak, Kekayaan Makna di Balik Keindahan Motif Kain

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

nineteen − six =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.