1001indonesia.net – Pertunjukan Teater Bangsawan atau Wayang Bangsawan merupakan paduan dari beragam kesenian, yaitu drama, tari, lagu, musik, komedi, dan laga. Seni pertunjukan ini dikatakan sebagai cikal bakal lahirnya teater modern di Indonesia.
Pertunjukan sandiwara ini berkembang di Kepulauan Riau dan Kepulauan Lingga, Indonesia, serta di kawasan Malaysia dan Brunei Darussalam. Cerita-cerita yang sering diangkat adalah kisah tentang Hang Tuah Lima Bersaudara, Sultan Mahmud Mangkat Dijulang, dan Laksamana Bintan.
Kesenian khas Melayu ini disebut sebagai Opera Bangsawan, Drama Bangsawan, atau Teater Bangsawan karena cerita yang dimainkan berlatar istana.
Di masa lalu, sandiwara ini dimainkan oleh bangsawan atau pejabat kerajaan untuk hiburan di dalam istana. Para penontonnya adalah raja beserta jajarannya. Teater ini merupakan hiburan untuk orang-orang yang berada di dalam istana.
Nama “bangsawan” sendiri konon digunakan oleh Abu Muhammad Adnan atau Mamak Phusi, pendiri kelompok teater komedi benama Phusi Indra Bangsawan of Penang, yang juga dikenal dengan nama Wayang Bangsawan atau Indra Bangsawan.
Asal-usul dan perkembangan
Hang Kafrawi (2019) mengungkapkan, seni pertunjukan tradisional ini berawal dari pertunjukan teater di India yang dibawakan oleh orang dari Persia. Di India, kelompok Wayang Parsi mencapai puncak kejayaan pada 1870.
Pada 1880, Wayang Parsi hijrah ke Penang (Malaysia). Di Penanglah Wayang Parsi kemudian lebih dikenal dengan nama Teater Bangsawan. Orang-orang Melayu akhirnya terjun ke dunia seni pertunjukan ini. Dari Penang, Teater Bangsawan melebarkan sayapnya sampai ke Singapura, Sumatera, dan Pulau Jawa.
Tahun 1902-1935 diperkirakan zaman kegemilangan Teater Bangsawan. Pada 1906, teater ini masuk ke Riau melalui Pulau Penyengat, kemudian menyebar ke berbagai wilayah.
Dalam perkembangannya, bentuk dan penyajian Teater Bangsawan turut memengaruhi teater tradisional lainnya di Nusantara, termasuk Lenong Betawi, Komedi Bangsawan, dan Teater Stamboel.
Baca juga: Lenong Betawi, Seni Teater Rakyat Asal Jakarta
Pertunjukan
Dalam pertunjukannya, Teater Bangsawan dimainkan di atas panggung berbentuk proscenium. Penonton hanya dapat menyaksikan dari bagian depan panggung. Pada panggung terdapat tirai yang dilukis sesuai gambaran lokasi dalam cerita.
Pergantian babak diwakili oleh gambar pada tirai, sehingga di atas panggung terkadang terdapat tiga sampai enam tirai berlapis (layar stret) tergantung ceritanya.
Cerita yang sering ditampilkan adalah Kisah 1001 Malam, Rakyat Melayu, Dongeng India dan Cina, serta Hikayat Melayu. Dialognya menggunakan bahasa Melayu dalam bentuk pantun, syair, seloka, pepatah, dan percakapan biasa.
Urutan penyajiannya sebagai berikut:
- Lagu-lagu dan tarian muncul sebagai pembuka dengan lirik tentang cerita yang akan ditampilkan. Biasanya setiap kelompok penampil mempunyai lagu pembuka khusus yang menjadi ciri khas;
- Peralihan adegan ditandai dengan pergantian layar, terkadang diselingi dengan lagu berisi cerita adegan berikutnya;
- Pentas ditutup dengan menampilkan kembali lagu dan tarian.
Awalnya Teater Bangsawan hanya menggunakan iringan alat musik tradisional, seperti gebano, marwas, tum-tum, kompang, gong, dan oud (gitar gambus). Dalam perkembangannya ditambahkan alat musik India, seperti tabla dan harmonium.
Lagu-lagu yang sering ditampilkan adalah pengiring tarian Zapin, Stambul Dua, Stambul Opera, Dendang Sayang, dan Selendang Delima. Sesuai namanya, kostum yang digunakan pemain adalah pakaian yang biasa digunakan oleh bangsawan kerajaan.
Baca juga: Zapin, Tarian Rumpun Melayu Pengaruh Arab
Lama pertunjukan tergantung cerita dan waktu yang disediakan. Pertunjukan biasanya digelar pada malam hari untuk mengisi berbagai acara, seperti upacara perkawinan, khitanan, perayaan hari besar agama Islam, peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia, serta acara-acara lainnya.
Di masa lalu, seni pertunjukan ini populer di kalangan masyarakat Riau, bahkan dipentaskan sampai ke ceruk-ceruk kampung. Namun, seiring perkembangan waktu, nasib teater tradisional ini sama dengan lainnya, tergerus hiburan modern. Sebab itu, dilakukan inovasi agar bisa diterima oleh masyarakat sekarang.
Bentuk dari inovasi itu adalah Teater Bangsawan Muda yang muncul sekitar tahun 1980-an di Riau. Bentuk pertunjukannya sudah dipadukan dengan teater Barat. Salah satunya dengan ditiadakannya penggunaan tirai di atas panggung.
Baca juga: Dulmuluk, Teater Rakyat Sumatera Selatan