Model Gilda Perdagangan Nusantara

1001indonesia.net – Model gilda perdagangan Nusatara dianggap salah satu model yang cerdik mengenai “penjelajahan-peradaban-perdagangan-pengetahuan-persekutuan” (“P5”) dalam lintasan geografis yang beragam amat ekstrem sebagaimana yang ada di Nusantara.

Model gilda ini tidak mengharuskan komponennya melakukan sesuatu secara amat spesialis, melainkan membangun kelompok-kelompok kecil dalam lintasan penjelajahan yang amat meluas (ekstensif). Masing-masing kelompok berkontribusi dalam “P5” tersebut.

Hal ini misalnya dapat ditemui dalam pola P5 pelayaran Bugis-Makassar, sub-kontinen Asia Selatan, China, kelompok-kelompok Melayu, jaringan luar kerajaan-kerajaan peradaban Hindu-Buddha, perkembangan perdagangan peradaban Islam di Nusantara.

Model gilda ini sekaligus mencerminkan suatu koleksi manifestasi sebagai pendalaman kemanusiaan. Karaeng Patingalloang, seorang sarjana dari peradaban Makassar, adalah seorang yang mendalami pengetahuan sampai pada taraf ensiklopedik sekaligus penjelajah dan pedagang.

Kemampuan Karaeng Patingalloang mengintegrasikan keragaman ke dalam suatu bentuk kehidupan dihargai sebagai jenius dunia. Dunia Patinggaloang adalah sebuah jejarig perdagangan-pengetahuan yang saling berlapis dan saling mempertinggi.

Model gilda perdagangan Nusantara juga sering dimaknai dalam peyelenggaraan pemerintahan atau aliansi. Model konsentrik atau mandala menitik beratkan inti-periferi seperti bawang, dan mempunyai risiko besar jika inti diruntuhkan.

Model gilda perdagangan Nusantara juga sering dinamai juga model sarang tawon. Saling berjejaring dalam banyak lapisan, model ini menitikberatkan pada pelaku-pelaku yang mobil dan aktif. Terdapat banyak titik temu yang membentuk banyak inti. Hal ini memudahkan pertemuan kebudayaan, teknik, dan pengetahuan tanpa perlu saling menaklukkan. (ed)