5 Masjid Cheng Ho yang Ada di Pulau Jawa

oleh Siti Muniroh

7535

1001indonesia.net – Mengingat jasa-jasanya begitu besar bagi perkembangan Islam di Nusantara, seorang laksamana dari Tiongkok bernama Cheng Ho mendapat kehormatan dari bumi Nusantara dengan berdirinya masjid-masjid bergaya China yang memakai namanya. Hampir semua masjid Cheng Ho memiliki warna-warna khas Tiongkok, yakni merah, hijau, dan kuning. Ornamen bentuk desain masjid ini merupakan perpaduan budaya Arab, Jawa, dan Tiongkok.

Masjid-masjid ini berdiri dengan megah di beberapa tempat di Indonesia, seperti Surabaya, Malang, Pasuruan, Jember, Banyuwangi, Purbalingga, Palembang, Batam, dan Makassar. Tulisan singkat ini hanya menyuguhkan masjid-masjid Cheng Ho yang berada di Pulau Jawa.

Masjid Cheng Ho Surabaya

Para sesepuh, penasihat, dan pengurus Pembina Iman Tauhid Islam disingkat PITI (sebuah organisasi yang mewadahi umat Muslim Tionghoa di Indonesia), pengurus Yayasan Haji Muhammad Cheng Ho Indonesia Jawa Timur serta tokoh masyarakat Tionghoa di Surabaya bersepakat untuk membangun masjid bergaya Tiongkok dan dinamakan Masjid Cheng Ho.

Setelah berdiri, bangunan ini mampu menampung sekitar 200 jamaah. Berdiri di atas tanah seluas 21 x 11 meter persegi dengan luas bangunan utama 11 x 9 meter persegi, bangunan masjid ini menyerupai kelenteng (rumah ibadah umat Tri Dharma). Ornamennya kental dengan nuansa Tiongkok lama. Pintu masuknya menyerupai bentuk pagoda, terdapat juga relief naga dan patung singa dari lilin dengan lafaz Allah dalam huruf Arab di puncak pagoda.

Di sisi kiri bangunan terdapat sebuah beduk berwarna merah sebagai pelengkap bangunan masjid. Pada bagian atas bangunan utama, masjid ini memiliki tiga angka. Ini semua ada maksudnya. Angka 11 adalah ukuran ka’bah saat baru dibangun, angka 9 melambangkan Wali Songo, dan angka 8 melambangkan Pat Kwa (keberuntungan/ kejayaan dalam bahasa Tionghoa).

Arsitektur masjid ini terilhami Masjid Niu Jie (Ox Street) di Beijing yang dibangun pada 996 Masehi. Gaya Niu Jie tampak pada bagian puncak atau atap utama dan mahkota masjid. Sisanya, adalah hasil perpaduan arsitektur Timur Tengah dan budaya lokal Jawa. Sang arsitek dari masjid ini adalah Ir. Abdul Aziz. Beliau berasal dari Bojonegoro.

Masjid ini berada di Jalan Gading, Ketabang, Genteng, Surabaya, atau 1 kilometer utara Gedung Balaikota Surabaya.

Masjid Cheng Ho Surabaya (Foto: ksmtour.com)
Masjid Cheng Ho Surabaya (Foto: ksmtour.com)

Masjid Cheng Ho Pandaan

Masjid berlantai dua ini dibangun di atas tanah seluas 6.000 meter persegi. Luas bangunan masjid 550 meter persegi, lebih luas dari masjid Cheng Ho di Surabaya meski gaya arsitekturnya mengikuti masjid tersebut. Atapnya berbentuk seperti atap pada bangunan pagoda. Pilar-pilar bangunan berbentuk silinder, besar, dan kokoh. Dinding bangunan umumnya berupa jalusi atau sekat berongga dan ornamen ukirannya berwarna emas. Pada bagian tengah di belakang pintu depan terdapat sebuah jam lonceng yang berbentuk klasik.

Di lantai satu yang memiliki luas 529 meter persegi, terdapat beberapa ornamen kaligrafi yang tampak menyatu dengan atap Joglo khas Jawa. Lantai ini ditujukan sebagai perpustakaan dan tempat menggelar acara seperti akad nikah dan acara seremonial religi lainnya.

Pada lantai dua, terdapat ruangan sembahyang utama dengan dinding yang didominasi oleh warna merah putih. Sedangkan karpetnya berwarna hijau. Pilar-pilar pada ruangan utama ini berwarna emas dan cukup tinggi sehingga mengesankan ruangan sangat lapang dan lega. Jendelanya bermotif mozaik dan berupa Art Glass. Beberapa jendela bertuliskan lafaz-lafaz Islami. Langit-langit Masjid ini menjulang tinggi ke atas sehingga udara di dalamnya terasa sejuk dan menenteramkan hati. Dari jendela, Anda akan melihat panorama sekeliling yang indah dengan kawasan Tretes mengintip di kejauhan.

Satu hal yang menjadi ciri khas masjid ini adalah ornamen dan lampu penerangannya memakai lampion. Benda ini biasanya dipakai di kelenteng dan rumah warga beretnis Tionghoa.

Lokasinya mudah ditemukan berada di tepi jalan raya utama pada pertigaan arah menuju Pasuruan, Malang, dan Surabaya. Jalan tersebut bernama Jalan Raya Kasri. Sekitar 300 meter dari terminal Pandaan.

Bagi para musafir yang ingin bermalam di masjid itu juga bisa dengan melapor pada petugas jaga dan menitipkan kartu identitas.

Para inisiator pembangunan Masjid ini, juga adalah para inisiator pembangunan Masjid Cheng Ho Surabaya dan Palembang, adalah komunitas Muslim Tiongkok dan PITI.

Masjid Cheng Ho Pandaan (Foto: Youtube/Cahya Ilahi)
Masjid Cheng Ho Pandaan (Foto: Youtube/Cahya Ilahi)

Masjid Cheng Ho di Jember

Salah satu inisiator yang juga merupakan pengurus PITI Jember, Muhammad Law Song Tjai, mengatakan bahwa Bupati Jember Faida menginginkan Masjid Cheng Ho sebagai destinasi wisata edukasi dan religi di Kabupaten Jember.

“Pembangunan masjid ini hingga kini belum selesai 100 persen, sehingga beberapa ornamen dan prasasti berbahasa Tiongkok, Mandarin, Indonesia, dan Inggris belum selesai dibangun,” tambahnya.

Di masjid yang mirip kelenteng ini terdapat perpustakaan yang merupakan hibah dari Konsulat Jenderal Tiongkok di Surabaya, sehingga pengunjung bisa membaca berbagai buku tentang sejarah Islam, sejarah ajaran Taoisme, sejarah Laksamana Cheng Ho, dan buku lainnya yang berkaitan dengan Islam dan perjalanan Laksamana Cheng Ho dalam menyebarkan agama Islam.

Corak masjid ini, sebagaimana Masjid Cheng Ho lainnya, didominasi warna merah, kuning, hijau dan dihiasi sejumlah ornamen Tiongkok Lama yang memiliki sejumlah makna di tiap-tiap sudut bangunan.

“Misalnya bangunan berukuran 11 x 9 meter, angka 11 memiliki arti tentang ukuran Kabah saat dibangun, sedangkan angka 9 adalah lambang Wali,” ujar Muhammad Law Song Tjai.

Menara atau pagoda Masjid ini mempunyai 8 sudut dengan ketinggian lima lantai yang berbentuk kelenteng dan didominasi warna merah. Angka 8 adalah angka keberuntungan bagi warga keturunan Tionghoa dan pagoda bertingkat 5 memiliki arti Pancasila ataupun shalat lima waktu.

Masjid ini adalah masjid ke-8 dari 13 Masjid Cheng Ho di seluruh Indonesia dan menjadi wadah berkumpulnya mualaf Tionghoa untuk menimba ilmu agama Islam.

Masjid Cheng Ho di Jember (Foto: na2warsita.blogspot.com)
Masjid Cheng Ho di Jember (Foto: na2warsita.blogspot.com)

Masjid Cheng Ho Banyuwangi

Masjid Cheng Hoo di daerah ini belum lama diresmikan, yakni di tahun 2016. Peresmiannya dilakukan bersamaan dengan peresmian Pondok Pesantren Adz-Dzikra Muhammad Cheng Hoo yang memang lahir dari satu ide untuk adanya pembangunan keduanya.

Kedua bangunan ini berdiri di atas lahan seluas 2,5 hektare. Donatur pembangunan berasal dari masyarakat setempat, warga Tionghoa, serta pengurus PITI Jawa Timur. Peresmian itu dihadiri Konjen Tiongkok untuk Indonesia di Surabaya Gu Jingqi, perwakilan PW NU Jatim, tokoh agama, serta warga setempat.

Orientasi yang diutamakan dari pembangunan kedua bangunan ini salah satunya adalah demi menjunjung tinggi kerukunan umat beragama di wilayah Banyuwangi.

Masjid Cheng Ho Banyuwangi (Foto: banyuwangibagus.com)
Masjid Cheng Ho Banyuwangi (Foto: banyuwangibagus.com)

Masjid Cheng Ho Purbalingga

Sama halnya dengan Masjid Cheng Ho Jember, Masjid Cheng Ho Purbalingga memiliki ukuran 11 x 9 meter. Lokasinya berada di desa Selaganggeng, Kecamatan Mrebet. Dari tengah pusat kota Purbalingga, bangunan ini berada di sisi kiri jalan raya Purbalingga-Bobotsari. Jaraknya dari tengah kota Purbalingga sekitar 12 km ke arah utara, sementara jarak tempat ibadah ini dari Bobotsari sekitar 12 km ke arah selatan.

Bentuk masjid ini merupakan bentuk akulturasi arsitektur Tiongkok dan Jawa. Kubahnya berbentuk pagoda bersegi 8 yang bertingkat-tingkat. Masing-masing sisi dan tingkat menonjol keluar seperti ekor naga.Warna merah dan kuning mendominasi keseluruhan bangunan, beberapa lampion khas Tiongkok, pilar-pilarnya dan juga jendela yang berbentuk segi 8.

Pada bagian pintu masuk utama, terdapat tulisan kanji berwarna kuning keemasan di atas papan berwarna hitam. Sementara itu di bagian sisi kiri bangunan terdapat sebuah beduk yang berwarna merah.

Langit-langit ruang utama Masjid Cheng Ho Purbalingga dihiasi oleh sebuah lampu gantung susun di tengahnya. Pada setiap bidang segi 8 langit-langit terdapat tulisan Arab berbunyi “Allah”. Tulisan-tulisan itu dibuat dengan tarikan garis-garis lurus sehingga nyaris tak menyerupai huruf Arab.

Sama dengan Masjid Cheng Ho Surabaya, Masjid ini diilhami Masjid Niu Jie di Beijing. Gaya Niu Jie tampak pada bagian puncak, atap utama, dan mahkota masjid. Selebihnya adalah hasil perpaduan arsitektur Timur Tengah dan Jawa.

Masjid Cheng Ho Purbalingga (Foto: beritagar.id)
Masjid Cheng Ho Purbalingga (Foto: beritagar.id)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

17 + twenty =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.