1001indonesia.net – Istilah zapin berasal dari perkataan Arab zaffan yang artinya penari dan al-zapin yang artinya gerak kaki. Tari Zapin diperkirakan berasal dari Yaman. Pada mulanya, tarian ini adalah hiburan istana. Oleh para pedagang Arab, pada awal abad ke-16, tarian ini dibawa ke negeri-negeri sekitar Johor, seperti di Riau juga kepulauannya, Singapura, Semenanjung Malaysia, Sarawak, dan Brunei.
Di Nusantara sendiri, tepatnya di Pekanbaru, tarian ini dibawa oleh Adam, seorang songkok yang berasal dari Sumatra sekitar tahun 1930-an. Namun, tarian ini baru populer di daerah tersebut pada tahun 1950-an dan 1960-an, terutama di Kampung Tanjung Gemuk dan Kampung Lamir.
Tarian ini kemudian menyebar ke wilayah-wilayah Nusantara lainnya, seperti pesisir timur dan barat Pulau Sumatra, Jambi, Sumatra Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Jakarta, pesisir Jawa, Nagara, Mataram, Sumbawa, Maumere, pesisir Kalimantan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Ternate, dan Ambon.
Kiranya, tarian ini dapat dikategorikan sebagai gerakan indah rumpun Melayu yang mendapat pengaruh Arab. Meski terdapat dasar gerak yang sama dengan tarian Arab, tapi sudah bercampur dengan budaya melayu. Tarian ini juga digunakan sebagai media dakwah Islamiyah.
Musik Pengiring
Alat musik utama yang digunakan untuk mengiringi tari Zapin adalah alat petik gambus, rebana, dan marwas. Di Arab sendiri, Zapin hanya menggunakan alat musik berupa marwas (3 buah alat musik tabuh gendang kecil) dan gambus.
Petikan gambus untuk membawakan lagu sedangkan rentak gendang atau rebana menentukan retak dan pecahan tari. Sedangkan tari Zapin modern, iringan gerakannya adalah musik ensambel yang terdiri atas marwas, gendang, suling, biola, akordion, dumbuk, harmonium, dan vokal.
Lagu-lagu pengiring tari Zapin pertama kali diciptakan oleh Tengku Mansor dan dinyanyikan oleh istrinya Cik Norlia yang berasal dari Singapura. Beberapa lagu yang diciptakannya antara lain Ya Salam, Yale-Yale, Tanjung Serindit, Sri Pekan, Lancang Kuning, Gambus Palembang, dan Lancang Daik. Contoh lagu-lagu pengiring tarian Zapin lainnya adalah Nasib Lancang Kuning, Pulut Hitam, Bismillah, Sanaah, Sayang Sarawak, Lancing Balai, Anak Ayam Patah, Zapin Asli, Gendang Rebana.
Sebelum tahun 1960, kesenian Zapin hanya ditarikan oleh penari laki-laki yang memakai kostum dan tata rias perempuan. Namun setelahnya, penari perempuan sudah biasa terlihat menarikannya. Bahkan beberapa kali mereka terlihat menari bercampur dengan penari laki-laki.
Jenis Tari Zapin
Secara umum, ada 2 jenis tari Zapin, yaitu zapin Arab (yang mengalami perubahan secara lamban dan masih dipertahankan oleh masyarakat turunan Arab hingga sekarang) dan Zapin Melayu. Zapin Arab hanya dikenal satu gaya. Sedangkan Zapin Melayu sangat beragam.
Sebutan untuk tari Zapin Melayu juga sangat beragam, tergantung dari bahasa dan dialek lokal di mana dia berkembang. Sebutan Zapin umumnya dijumpai di Sumatera Utara dan Riau. Jambi, Sumatera Selatan, dan Bengkulu menyebutnya Dana, sedangkan Nusa Tenggara dikenal dengan nama Dana-Dani. Daerah Lampung menjulukinya Bedana dan Jawa menyebutnya Zafin. Sulawesi menyebutnya Jippeng, dan Maluku memanggilnya Jepen.
Di Kalimantan Barat, dikenal dengan nama Jepin. Tari ini menjadi salah satu dari lima kesenian yang hingga saat ini masih sering dipentaskan oleh masyarakat Kalimantan Barat. Keempat kesenian lainnya adalah Tanjidor, Tari Dayak, Tari Melayu, dan Barongsai.
Tari Zapin dapat ditemui pada acara perkawinan, khitanan, syukuran, pesta desa, sampai peringatan hari besar Islam.
Gerak
Pola tari Zapin sangat sederhana dan dilakukan secara berulang-ulang. Gerak tarinya mendapat inspirasi dari kegiatan manusia dan alam lingkungan. Misalnya titi batang, anak ayam patah, siku keluang, sut patin, pusing tengah, dan alif.
Pertunjukan kesenian tradisional ini biasanya diselipkan atraksi dari penari-penari mahir untuk menunjukkan kepiawaian mereka dalam berinprovisasi dengan musik iringan.
Beratus tahun Zapin hidup dalam kelompok-kelompok kecil masyarakat dan berfungsi sebagai hiburan dan sekaligus penyampaian nasihat-nasihat melalui pantun dan syair lagunya. Kalaupun terjadi perubahan, hal ini tetaplah masih dalam denyut evolusi yang mengalir secara alamiah.
Selain dua jenis tarian Zapin yang sudah penulis paparkan di atas, tari Jepin dibedakan juga menjadi dua kategori besar, yaitu Jepin tradisional dan Jepin modern. Jepin tradisional dibagi lagi menjadi 4 jenis: Jepin Massal, Jepin Tali, Jepin Tembung, dan Jepin Lembut. Sementara Jepin modern memiliki kreasi yang sangat beragam. Jenis tari Jepin yang sering dipentaskan dan dilombakan hingga saat ini adalah Jepin Lembut.
Jepin Lembut pun terdapat 3 versi, yaitu Tebas, Sikannang, Sekura. Tari Jepin yang ditampilkan adalah tari Jepin Lembut dari Sekura. Ragam geraknya menggunakan langkah dan nama, yaitu langkah dua disebut mengayak, langkah tiga disebut sorong dayung, dan langkah enam diberi nama kepakan sayap burung.
Jepin Lembut diwariskan secara temurun dengan cara dihafalkan oleh setiap orang. Mereka menghafal satu gerakan atau biasa disebut satu langkah. Namun sekarang gerakan Jepin Lembut semakin berkurang karena orang yang menguasainya telah wafat. Hanya beberapa dari gerakan tarian tersebut dikuasai oleh penerus di Sekura.
Para guru Jepin Lembut yang terdahulu di Sekura sudah meninggal, sehingga pewarisan gerak Jepin Lembut tidak sepenuhnya lagi dikuasai oleh para anak muda pada waktu itu. Saat ini gerakan tari hanya tersisa empat, yaitu langkah 1, langkah 2, langkah 6, dan langkah 9 dari 13 langkah.
Jepin Lembut Sambas merupakan perpaduan tarian Jappin dan tarian melayu Sambas. Mengenai pengertian esensial dari tari Jepin Lembut, A. Muin Ikram, salah satu sepuh dari pemelihara tarian ini berkata, “Lembut bukan berarti lembek, tetapi lebih merujuk pada filosofi mengajak secara mendidik tidak memaksa.”
Tari Jepin Lembut sangat sulit bagi pemula, begitu juga yang terjadi pada penari yang sudah lama belajar, mereka masih terus memperdalam gerakan tarian Jepin lembut.
”Saya juga menari tarian tradisional Sambas lainnya, namun bagi saya tarian Jepin Lembut sangat sulit karena perlu kelenturan tubuh dan keuletan serta kesabaran dalam berlatih tarian ini,” ungkap Rahmat, penari sanggar Tanjong Datok.