1001indonesia.net – Masyarakat suku Besi di Kabupaten Manggarai Barat memiliki tradisi unik dalam menyambut gerhana bulan. Hingga tahun 1980-an, suku Besi yang memiliki bahasa Manggarai dengan dialek Kolang ini menyebut gerhana bulan dengan sebutan Weleng Wulang.
Seperti yang dilansir Kompas.com, tradisi Weleng Wulang merupakan cara masyarakat suku Besi untuk menyambut gerhana bulan dengan penuh kegembiraan. Mereka akan melakukan ritual adat dan melaksanakan tradisi menabuh gendang dan gong di rumah adat kampung setempat. Saat menabuh gendang dan gong, semua anggota suku berkumpul, dipimpin oleh sang kepala suku.
Menurut kepercayaan masyarakat setempat weleng wulang tidak membawa bahaya bagi warga kampung. Gerhana bulan justru memberikan tanda-tanda rezeki dalam kehidupan masyarakat.
Weleng Wulang juga dipercaya membawa tanda-tanda kebaikan dan keberhasilan dalam usaha dan mengolah lahan pertanian. Wujud dari tanda-tanda alam itu disambut dengan penuh kegembiraan oleh seluruh warga suku di kawasan Kolang dengan melantunkan nyanyian (mbata) sambil menabuh gendang dan memukul gong adat.
Weleng artinya kehilangan arah jalan, sedangkan wulang artinya bulan. Jadi weleng wulang bisa diartikan secara harafiah sebagai bulan yang sedang kehilangan arah jalan cahayanya.
Namun kini, perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan global sedikit banyak menggeser tradisi ini dari kehidupan masyarakat. Saat ini, tidak terlihat lagi ada orang yang menabuh gendang dan memukul gong saat gerhana bulan terjadi.