Turun Mandi, Tradisi Syukur atas Kelahiran Seorang Bayi

11937
Tradisi Turun Mandi Minangkabau
Ilustrasi (Foto: lapisnantigo.com)

1001indonesia.net – Upacara turun mandi adalah salah satu tradisi yang sampai saat ini masih dilaksanakan oleh masyarakat Minangkabau. Upacara ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas lahirnya seorang anak ke dunia.

Upacara turun mandi juga berfungsi untuk mengumumkan telah lahirnya seorang bayi dari sebuah keluarga atau suku kepada lingkungan sekitar. Bagi si ibu bayi, upacara ini sebagai ajang untuk keluar rumah pertama kali pasca pemulihan setelah melahirkan.

Upacara turun mandi dimulai dengan berbagai persiapan. Pertama kali adalah menentukan tanggal dilaksanakan upacara ini. Ada ketentuan mengenai tanggal pelaksanaan upacara adat ini. Untuk bayi laki-laki, ritual dilaksanakan pada hari ganjil dari hari kelahiran sang bayi. Jika bayinya perempuan maka hari turun mandinya adalah hari genap.

Upacara turun mandi hanya bisa dilaksanakan di batang aia atau sungai. Yang membawa bayi dari rumah ke sungai adalah orang yang berjasa membantu proses persalinan. Dari rumah, bayi diarak menuju sungai yang menjadi tempat upacara.

Sebagai syarat upacara, pihak keluarga harus menyediakan batiah bareh badulang, yaitu beras yang digoreng. Batiah untuk dibagikan kepada anak-anak yang mengikuti upacara ini.

Pihak keluarga juga harus menyediakan sigi kain buruak, yaitu obor yang terbuat dari kain-kain yang telah robek. Sigi ini dibakar dari rumah dan kemudian dibawa ke sungai tempat si bayi akan dimandikan.

Selain itu, masih ada berbagai perlengkapan lain yang harus dipersiapkan untuk pelaksanaan upacara di sungai, seperti tampang karambia tumbuah (bibit kelapa yang siap tanam), tangguak (tangguk), palo nasi (nasi yang terletak paling atas).

Saat upacara, bibit kelapa dihanyutkan dari atas lalu si ibu bayi akan menangkap kelapa tersebut saat mendekati si bayi. Bibit kelapa itu nanti dibawa pulang untuk ditanam, menjadi simbol bekal hidup si jabang bayi.

Sementara tangguak merupakan alat yang digunakan untuk menangkap ikan, menjadi simbol bekal ekonomi untuk si jabang bayi. Tangguak dipakai untuk meletakkan 7 buah batu yang diambil dari sungai. Batu-batu itu dibawa pulang dan dimasukkan dimasukkan ke dalam lubang tempat bibit kelapa ditanam.

Sementara palo nasi digunakan untuk mengusir setan, makhluk halus yang ingin ikut meramaikan upacara tersebut. Nasi tersebut dilumuri dengan arang serta darah ayam, disiapkan sebanyak tiga cawan. Dua untuk diletakkan di jalan menuju sungai yang jaraknya sudah diatur dan disesuaikan. Satu lagi untuk dibawa ke sungai atau tempat berlangsungnya upacara turun mandi.

Setelah seluruh prosesi upacara selesai, bayi dan si ibu bayi diarak kembali menuju rumah. Setelah itu, orang yang terlibat dalam prosesi acara dan orang-orang yang mengikuti arakan akan dijamu di rumah si bayi.

Baca juga: Bubur Merah Putih, Tradisi Merayakan Kelahiran Seorang Anak

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

fifteen − six =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.