1001indonesia.net – Tradisi ruwat laut berkembang di hampir seluruh masyarakat pesisir Nusantara, tidak terkecuali masyarakat pesisir Bakauheni di Lampung Selatan. Ritual ruwat laut umumnya diadakan sebagai ungkapan rasa syukur terhadap hasil laut yang melimpah dan sekaligus untuk memohon keselamatan bagi para nelayan saat melaut.
Saat itu, para nelayan akan menghias perahunya. Menggunakan ratusan perahu, para warga mengiringi satu perahu besar yang membawa sesaji untuk dilarung ke laut. Sesaji tersebut di antaranya kepala kerbau lengkap dengan bagian-bagian tubuhnya, hasil pertanian, buah-buahn, masakan tradisional nelayan, dan bagian sesaji lain.
Setelah sampai titik yang ditentukan, perahu-perahu mulai mengitari lokasi tersebut sebanyak tiga kali. Setelah pembacaan doa oleh sesepuh desa setempat, sesaji dilarung ke laut. Sesaji yang dilarung langsung menjadi rebutan untuk mendapatkan berkah bagi yang mengambilnya.
Ritual sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat nelayan terhadap hasil laut yang mereka dapatkan ini merupakan tradisi turun-temurun. Laut merupakan sumber penghidupan utama bagi masyarakat pesisir. Sangat wajar jika kemudian laut menduduki tempat yang tinggi di tengah kehidupan masyarakat sehingga perlu dirawat dan diruwat.
Sampai saat ini, tradisi melarung sesaji ke laut menjadi acara yang rutin diadakan setiap tahun. Ajang yang menyimpan kearifan lokal ini tentu perlu dilestarikan. Selain sebagai ungkapan syukur terhadap hasil yang didapat, ruwat laut mendorong masyarakat untuk semakin mencintai laut.