1001indonesia.net – Beberapa daerah di pesisir Nusantara memiliki tradisi kenduri laut. Tradisi itu dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil tangkapan laut yang mereka dapatkan. Selain itu, upacara itu juga dilaksanakan sebagai harapan agar selalu diberikan hasil yang melimpah, dan berkah keselamatan bagi para nelayan yang sedang melaut.
Tradisi kenduri laut juga merupakan perwujudan dari pandangan hidup masyarakat Nusantara yang sangat menghargai alam. Manusia merupakan bagian tak terpisahkan dari alam karena pada alamlah kehidupan manusia bergantung. Sebab itu, sudah menjadi tugas dan tanggung jawab manusia untuk menjaga hubungan yang selaras dengan alam.
Di Tapanuli Tengah, Sumatra Utara, kenduri Laut dilaksanakan setahun sekali, pada bulan Oktober. Prosesi ritual kenduri laut digelar di pantai pada malam hari. Upacara adat itu diikuti oleh perwakilan dari beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Tengah. Setiap perwakilan membawa hasil pertanian dan juga ternak, lalu menunjukkannya di atas panggung (parade) secara bergantian.
Di pesisir Aceh, tradisi kenduri laut (khanduri laot) atau adat laot juga dilaksanakan setahun sekali, tepatnya saat pergantian angin musim. Fungsinya sebagai sarana mensosialisasikan kembali aturan kelautan yang telah digariskan oleh Endatu (nenek moyang).
Selain prosesi ritual, tradisi kenduri laut juga dimeriahkan dengan acara perayaan. Di Tapanuli, perayaan kenduri laut digelar keesokan hari setelah prosesi ritual adat. Acara itu dimeriahkan dengan berbagai acara perlombaan, seperti perahu naga dan layang-layang. Ada juga pertunjukan seni, baik oleh kelompok kesenian setempat ataupun dari luar daerah yang sengaja diundang untuk membuat suasana semakin semarak.
Di Aceh, Festival Khanduri Laut yang dilaksanakan pada 28-30 April 2018 lalu dimeriahkan dengan acara atraksi dan pentas budaya pesisir, dialog budaya, pameran produk kreativitas daerah pesisir, dan zikir akbar. Festival tersebut digelar bertepatan dengan acara Sabang Marine Festival 2018.
