Tenun Gedog, Mengenal Kekayaan Wastra Nusantara Asal Tuban

1646
Tenun Gedog
Foto: Disperindag Jatim

1001indonesia.net – Kain tenun gedog merupakan salah satu kekayaan wastra Nusantara. Nama kain asli Tuban ini diambil dari bunyi dog…dog…dog yang dihasilkan alat tenun saat proses pembuatan.

Kain tenun gedog dibuat dengan cara yang masih tradisional. Itu sebabnya, pembuatan kain tenun ini melalui proses yang panjang.

Prosesnya dimulai dengan memanen pohon kapas terlebih dahulu. Setelah itu, kapas dipintal menjadi benang. Lalu benang dicelupkan ke kanji agar kaku. Kemudian mulai proses penenunan. Setelah ditenun, kain dicelup warna atau diberi motif melalui proses pembatikan. Pewarnanya sendiri dibuat dari bahan-bahan alami tanpa bahan kimia.

Dibandingkan dengan kain tenun dari daerah lainnya, kain tenun gedog memang cukup kaku dan sedikit keras.

Proses pembuatan kain tenun gedog yang dilakukan secara tradisional masih lestari hingga sekarang, khususnya di Desa Kedung Rejo, Kecamatan Kerek (Emir & Wattimena, 2018).

Bagi masyarakat di sana, kain tenun ini bukan sekadar kain biasa. Dengan memakai kain tenun ini, masyarakat di sana percaya akan terhindar dari berbagai macam bala. Kain ini juga dipercaya akan membawa keberuntungan. Itu sebabnya, pada saat-saat tertentu, kain tenun gedog dipakai, seperti saat memulai kegiatan bercocok tanam.

Selain itu, bagi masyarakat Kerek, kain gedog juga menjadi penanda status sosial. Banyaknya kain gedog yang dimiliki seseorang menandakan seberapa tinggi status sosial dan ekonominya.

Kain gedog juga menjadi pakaian yang wajib dikenakan saat masyarakat Kerek mengikuti kegiatan adat, seperti pada pesta pernikahan dan upacara selamatan. Itu sebabnya, setiap keluarga di sana wajib memilikinya.

Karena kain gedog menjadi kebutuhan wajib bagi setiap keluarga di kawasan Kerek maka setiap perempuan di sana belajar menenun. Prosesnya dimulai dengan belajar memintal benang dari kapas sebagai bahan baku utama pembuatan kain.

Tidak mudah untuk memintal kapas menjadi benang karena ada pakem-pakem tertentu yang harus diikuti oleh para penenun. Itu sebabnya, proses pembelajaran memintal memerlukan waktu lama.

Biasanya, kaum perempuan Kerek sudah belajar memintal benang sejak berusia tujuh tahun. Para orangtua akan memberikan kapas kepada anak perempuannya untuk berlatih. Dengan demikian, sedari kecil si anak sudah dibiasakan dengan proses pembuatan kain tenun.

Umumnya butuh waktu satu bulan untuk membuat tenun gedog, mulai dari proses pemintalan hingga proses pembatikan selesai. Untuk tenun gedog yang berwarna cokelat sogan biasanya digunakan untuk bahan membuat baju sehingga tidak diberi motif.

Ada penenun gedog yang mampu melakukan pembatikan sendiri. Namun, ada juga yang hanya fokus menenun dan menyerahkan proses pembatikan pada pihak lain.

Baca juga: Ulap Doyo, Kain Tenun Khas Suku Dayak Benuaq di Kalimantan Timur

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

four − 1 =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.