1001indonesia.net – Tarian Sigale-gale merupakan pertunjukan boneka kayu yang unik dari masyarakat Batak Toba. Di masa silam, tarian Sigale-gale digunakan dalam upacara pemakaman orang Batak di Pulau Samosir, khususnya bila orang yang meninggal tidak memiliki keturunan.
Berdasarkan cerita rakyat yang dipercaya turun-temurun, patung kayu Sigale-gale sebenarnya merupakan perwujudan dari putra tunggal Raja Rahat bernama Manggale. Alkisah, si anak raja meninggal di medan perang. Kematian sang anak menyebabkan rasa kehilangan yang amat besar bagi Raja Rahat hingga ia sakit parah.
Penasihat kerajaan lalu mencari tabib di seluruh negeri untuk mengobati penyakit sang raja. Seorang tabib kemudian mengusulkan kepada penasihat kerajaan untuk membuat sebuah upacara di kerajaan itu, dan membuat patung kayu yang bentuknya menyerupai wajah anaknya.
Upacara pun dilakukan. Agar boneka “hidup”, sang tabib memanggil roh anak raja tersebut untuk masuk ke dalam boneka kayu. Saat itu, keajaiban pun terjadi. Boneka tersebut “hidup”, bergerak sendiri mengikuti hentakan bunyi gondang (seperangkat alat musik khas Batak).
Berkat pertunjukan tarian patung tersebut, Raja Rahat sembuh dari sakitnya. Masyarakat Batak kemudian menyebut patung itu dengan nama Sigale-gale, diambil dari nama Manggale.
Boneka Sigale-gale yang terbuat dari kayu lengkap dengan pakaian adat Toba kemudian dipergunakan pada upacara-upacara kematian. Upacara ini ditujukan untuk orang-orang yang meninggal tanpa memiliki keturunan atau orang yang memiliki keturunan namun kesemuanya meninggal tanpa mewariskan keturunan.
Upacara Sigale-gale diadakan terutama bila orang yang meninggal itu mempunyai kedudukan tinggi di masyarakat. Hal itu dilakukan untuk dapat menyambung keturunan mereka kelak di alam baka.
Bagi masyarakat Batak Toba, apabila seseorang yang mempunyai kedudukan meninggal dunia dan ia tidak mempunyai keturunan dipandang sangat hina dan tidak membawa kebaikan.
Oleh karena itu, kekayaan yang ditinggalkannya akan dihabiskan untuk mengadakan upacara Sigale-gale bagi orang yang mati itu sendiri. Orang-orang lain tidak akan berani mengambil harta benda tersebut. Mereka takut terkena tulah, tertular atau mati seperti pemiliknya.
Dengan masuknya agama Kristen dan Islam, upacara kematian dengan boneka Sigale-gale mulai ditinggalkan. Hanya kelompok tertentu saja yang masih menjalankan ritual upacara kematian dengan boneka Sigale-gale.
Boneka Sigale-gale kini digunakan untuk tujuan pertunjukan wisata, seperti yang ada di Desa Wisata Tomok dan Museum Hutabolon Simanindo di Kabupaten Samosir.
Boneka kayu itu digerakkan dengan tali yang menghubungkan bagian-bagian dari boneka tersebut sehingga dapat menari di atas kotak kayu yang menyerupai peti jenazah. Pertunjukan tarian ini umumnya diiringi musik Sordam dan Gondang Sabangunan. Boneka Sigale-gale pun menari diiringi oleh 8 sampai 10 orang yang juga menari Tor-Tor.