1001indonesia.net – Tape uli merupakan makanan khas Betawi. Sesuai namanya, kudapan yang selalu disajikan masyarakat Betawi saat Idulfitri dan Iduladha ini terdiri atas tape dan uli. Kuliner ini dibuat dari bahan dasar ketan putih, ketan hitam, ragi, dan kelapa.
Uli sendiri adalah campuran beras ketan putih yang dikukus dan kelapa. Pertama-tama, kukus ketan yang telah dibersihkan. Ketan yang telah matang lalu ditumbuk hingga halus. Setelah itu, uli dibungkus daun pisang agar aromanya menjadi harum enak.
Sementara tapenya merupakan hasil fermentasi ketan hitam menggunakan ragi. Tak ada gula dalam proses pembuatannya. Namun, kudapan ini tetap memiliki cita rasa manis hasil fermentasi ketan dengan ragi.
Untuk membuat tape, ketan hitam dan putih dicuci bersih lalu direndam selama satu jam. Setelah itu, tiriskan ketan dan kukus sampai akas.
Langkah berikutnya, angkat ketan lalu cuci menggunakan air dingin hingga ketan dingin. Setelahnya, kukus kembali ketan sampai matang. Ketan yang sudah matang kemudian ditaruh di atas tampah hingga benar-benar dingin.
Sementara itu, siapkan ragi dan tumbuk halus. Ragi halus ini kemudian ditaburkan pada ketan yang sudah dingin. Masukkan ketan ke dalam wadah lalu tutup. Lalu masukan sedikit demi sedikit ketan ke dalam wadah sambil ditambah ragi.
Agar enak di lidah, jenis ketan yang digunakan untuk membuat tape dan untuk uli berbeda. Untuk tape bisa digunakan ketan solo. Untuk uli menggunakan ketan paris.
Yang menarik, para pembuat tape uli percaya ada hal-hal yang harus dihindari agar memiliki perpaduan rasa asam, manis, dan gurih yang pas. Orang Betawi percaya, jika hal-hal yang seharusnya dihindari tersebut dilakukan, tape yang dihasilkan akan berbeda rasanya atau bahkan gagal.
Beberapa hal yang tidak boleh dilakukan saat mengolah tape uli antara lain saat membuatnya tidak boleh dalam keadaan marah, tidak boleh dalam saat menstruasi, dan tidak boleh diajak bicara saat sedang memberikan ragi hingga menyimpannya untuk proses fermentasi.
Tak hanya enak, tape uli melambangkan kebersamaan dan kekeluargaan masyarakat Betawi. Itu sebabnya, kudapan ini selalu ada saat Lebaran, baik Idulfitri maupun Iduladha.
Adanya makna kebersamaan dalam makanan ini ditunjukkan dengan pembagian tugas antara wanita dan pria dalam proses pembuatannya. Biasanya kaum pria yang menumbuk ketan, sementara para wanita kebagian tugas memasak atau membuat ketan ulinya.
Pada masa silam, ketan uli dibuat mengiringi pemotongan kerbau andilan sebagai tradisi menjelang Lebaran. Selain ketan uli, masih ada beberapa makanan pengiring lainnya, seperti kue geplak, wajik, kue lapis pepe, dan dodol, yang keberadaannya mulai hilang.
Makanan khas Betawi ini juga dapat ditemui di daerah sekitaran Jakarta, seperti Bekasi, Depok, Bogor, dan Tangerang. Namun, saat ini semakin sulit menemukan orang yang menjajakan makanan ini.
Namun jangan khawatir, di beberapa tempat di Jakarta, kuliner khas ini masih dijajakan. Salah satunya di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Di tempat itu, setelah puas menikmati keindahan danau dan mengenal lebih dalam budaya Betawi, Anda bisa membeli tape uli sebagai oleh-oleh.
Baca juga: Brem, Panganan Asli Indonesia yang Kaya Manfaat