Taman Sriwedari, Pusat Kegiatan Kesenian dan Kebudayaan di Kota Solo

3944
Taman Sriwedari
Gapura Taman Sriwedari Solo (Foto: indonesiakaya.com)

1001indonesia.net – Pada tahun 2018 ini, Pemerintah Kota Solo melakukan penataan terhadap Taman Sriwedari yang selama ini menjadi kebanggaan masyarakat setempat. Taman Sriwedari atau Bon Rojo (Kebun Raja) dibuka oleh Paku Buwono X pada 1901.

Konon pembangunan taman itu dinspirasikan oleh cerita pewayangan. Dikisahkan, sebagai syarat untuk dapat mengabdi di Kerajaan Mahespati, Sumantri menerima tugas dari Prabu Arjuna Sasrabahu untuk memindahkan Taman Sriwedari di kahyangan ke pusat kota kerajaan. Sumantri yang tidak mampu melakukannya kemudian mendapat bantuan dari adiknya, Sukrasana.

Demikianlah Taman Sriwedari yang melambangkan ketenteraman dan keindahan kahyangan terletak di pusat Kota Solo, tepatnya di Jalan Slamet Riyadi. Dengan gapura melengkung dan pohon beringin besar di depannya, taman itu begitu anggun di tengah kota. Di dalam taman terdapat kolam besar yang disebut orang dengan nama segaran dengan pepohonan rindang memberi suasana sejuk di tengah panasnya kota.

Pakubuwono X bahkan menghadirkan seekor gajah di taman itu sebagai daya tarik. Sejak didirikan, taman yang dibangun untuk memberi kesenangan pada rakyat itu menjadi tempat berkumpul masyarakat. Taman Sriwedari kemudian menjadi pusat keramaian di Kota Solo.

Pada masa jayanya, berbagai pertunjukan seni budaya digelar di taman itu. Dulu, pada area paling depan terdapat gedung bioskop Solo Theater. Di areal belakang, ada Gedung Wayang Orang (GWO) Sriwedari. Dan yang paling ramai adalah Taman Hiburan Rakyat (THR) Sriwedari. Lokasinya di dalam taman sebelah kanan.

Selama ini, taman hiburan rakyat yang dibuka pada 31 Maret 1981 itu telah menjadi kesayangan warga Solo. THR Sriwedari memiliki berbagai wahana permainan anak yang harga tiketnya terjangkau warga.

Tidak hanya menghibur anak-anak, THR Sriwedari juga menyediakan tempat bagi para penggemar musik. Setiap malam, rutin digelar pertunjukan musik, seperti dangdut, campursari, tembang kenangan, lagu-lagu Koes Plus, dan slow rock secara bergantian. Dari taman ini, lahirlah bibit-bibit seniman muda. Srimulat misalnya, sebuah kelompok seni yang melegenda, pertama kali pentas di Taman Sriwedari.

Namun, seiring munculnya banyak pusat pembelanjaan dan berbagai tempat hiburan lain, THR Sriwedari mulai surut. Pengunjung yang datang kian sedikit. Puncaknya, tempat hiburan itu ditutup pada 4 Desember 2017. Penutupan itu seiring berakhirnya kontrak sewa tempat dengan Pemkot Solo pada 31 Desember 2017. Pemkot Solo tidak memperpanjang sewa karena akan menata kawasan Taman Sriwedari.

Sebetulnya, Pemkot Solo telah menyiapkan tempat pengganti THR Sriwedari di Taman Satwa Taru Jurug. Namun, harga sewa tempat itu terlalu mahal, sekitar Rp 600 juta per bulan, padahal lokasinya di pinggiran kota. Bandingkan dengan tempat sekarang yang harganya hanya 38 juta rupiah dan berada tepat di pusat kota. Jadilah THR Sriwedari tinggal kenangan.

Penataan kawasan Sriwedari diawali dengan pembangunan masjid yang akan dinamakan Masjid Taman Sriwedari Surakarta serta pembangunan taman terbuka hijau di lahan bekas THR. Peletakan batu pertama telah dilakukan pada awal Februari 2018.

Banyak orang menyesalkan keputusan untuk mendirikan masjid raya di lahan itu. Yang dimasalahkan tentu bukan pembangunan masjid rayanya, tapi fungsi dari Taman Sriwedari sebagai taman publik. Sejak awal pembangunannya, Taman Sriwedari dimaksudkan sebagai tempat kegiatan kesenian dan kebudayaan serta tempat rekreasi yang bisa dinikmati oleh masyarakat umum.

Banyak yang berharap, pembangunan masjid raya tidak menghilangkan ruh tempat itu sebagai kawasan seni budaya. Sejumlah perwakilan dari komunitas seni dan budaya di Solo kemudian bersepakat untuk terus meramaikan kegiatan kesenian dan kebudayaan di Taman Sriwedari. Mereka berharap, penataan yang dilakukan Pemkot Solo tidak menghilangkan fungsi utama taman warisan Paku Buwono X itu.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

15 − 14 =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.